Internasional

Belajar dari Profesionalisme USA Kelola Lembaga Pendidikan #10

Delegasi Kemenag di Amerika

Delegasi Kemenag di Amerika

Catatan perjalanan ke-10 di USA kali ini adalah tulisan pamungkas (habis). Delegasi harus kembali ke tanah air setelah seluruh agenda dilaksanakan dengan baik. Sebuah perjalanan nan panjang sejak tanggal 28 Mei hingga 9 Juni, padat, dan penuh pelajaran. Selain banyak agenda yang harus ditindaklanjuti dari pertemuan-pertemuan dengan calon mitra, banyak hal yang dapat diambil hikmah dari kunjungan kerja kali ini.

Pertama, efektifitas. Mungkin ini menjadi sebuah tradisi di negara-negara maju bahwa setiap hal, khususnya mengelola lembaga pendidikan dilakukan secara efektif dan efisien. Contoh yang paling nampak dari pengamatan kami selama kunjungan ke berbagai universitas di USA bahwa visitasi dan agenda yang kami laksanakan diterima secara simpel dan "to the point".

Beberapa tuan rumah yang menerima delegasi Kemenag, Kemendikbud, dan USAID Indonesia dilakukan secara sederhana. Tidak ada penyambutan berlebihan dengan rangkaian acara yang bertele-tele. Saat kami tiba di sebuah perguruan tinggi, kami disambut hanya beberapa orang. Rata-rata sekitar 2-4 orang. Mereka adalah pihak-pihak yang terkait langsung dengan tujuan kunjungan.

Itupun mereka akan muncul di hadapan delegasi saat diperlukan. Jadi tidak ada penumpukan orang yang tidak memiliki "jobdes" yang jelas. Waktu yang terjadwal pun dilaksanakan dengan tepat waktu, efisien, dan efektif. Biasanya di awal pertemuan, mereka membagikan "time schedule" selama visitasi berlangsung, dan semua dilaksanakan sesuai target. Siapa bicara apa dan harus melakukan apa sangat jelas.

Di Buffalo State University, misalnya, kami disambut 3 (tiga) orang. Hanya satu orang yang menjadi semacam koordinator penerimaan tamu, yang mengatur alur pertemuan. Secara kebetulan grup delegasi dibagi menjadi dua, yaitu grup Kemenag dan Kemendikbud. Sang kooridnator menjalankan peran dengan apik, memandu, dan menjadwal nara sumber di dua ruang meeting. Di akhir pertemuan, dia sendiri yang beberes, termasuk merapikan sisa-sisa makanan sendiri. Amazing!

Begitu pun saat waktu usai, kegiatan visitasi langsung ditutup sesuai jadwal. Dimulai tepat waktu dan diakhiri tepat waktu. Tidak ada waktu "molor", saling menunggu, apalagi menambah acara-acara yang tidak relevan dengan tujuan kunjungan. Istilahnya, apa yang kita mau, mereka layani dengan baik, tanpa banyak basa basi yang tidak dibutuhkan. Simpel, efektif, dan efisien.

Kedua, kesungguhan. Satu pemandangan umum dari perguruan tinggi yang dikunjungi delegasi bahwa mereka melakukan dengan kesungguhan. Semua agenda yang telah disepakati dan terjadwal sebelumnya dilaksanakan dengan kesungguhan. Para penerima tamu menyampaikan dengan "power full" dan mereka menguasai seluruh materi yang disampaikan.

Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka (para penerima tamu) saat ditanya: "saya tidak tahu". Atau "nanti saya tanyakan ke pimpinan". Seluruh pertanyaan yang diajukan oleh delegasi dijawab dengan lengkap, taktis, dan solutif. Mereka benar-benar bekerja secara profesional, menguasai masalah, dan nyaris tidak ada pertanyaan yang tidak dijawab dengan baik. Istilah kata, apa yang kalian mau, kami ada.

Bukti kesungguhan mereka juga nampak dalam mengelola perguruan tinggi. Totalitas dalam mengurus proses pendidikan tinggi benar-benar nampak. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya-karya mahasiswa yang disimpan dengan baik. Banyak produk-produk dari hasil riset yang didokumentasikan dan dihasilkan. Seperti yang ditunjukkan oleh Rochester Institute of Technology, York College, Buffalo State University, University of Rochester, dan lainnya.

Ketiga, kuatnya relasi perguruan tinggi dengan dunia industri. Hadirnya perguruan tinggi di USA hampir bisa dipastikan memiliki relasi yang kuat dengan dunia industri. Keberadaan sebuah perguruan tinggi menjadi episentrum pengembangan peradaban masyarakat setempat. Bagaimana perguruan tinggi itu berperan dalam menciptakan iklim kehidupan sosial-ekonomi masyarakat menjadi sangat dinamis.

Para alumni perguruan tinggi, bahkan sejak menjadi mahasiswa benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya dunia industri. Produk-produk pendidikan tinggi, baik riset maupun alumninya memiliki korelasi yang sangat kuat dengan perusahaan-perusahaan (link and match), sehingga apa yang dibutuhkan masyarakat disuplay oleh pendidikan tinggi. Tidak sedikit dunia industri meminta mahasiswa terlibat sejak awal untuk mengerjakan projek-projek komersial yang menjadi konsen dunia industri.

Keempat, keteraturan dan kebersihan. Ada istilah yang pernah diungkapkan seorang ahli, bahwa sebuah bangsa tidak akan maju jika belum bisa menghargai orang lain dengan menerapkan secara konsisten budaya antri dan membuang sampah pada tempatnya. Semua negara-negara maju telah menerapkan hidup teratur, menjaga kebersihan, dan membuang sampah pada tempatnya.

Di USA, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, menjaga kebersihan benar-benar nyata. Di dalam kampus nampak sekali lingkungan begitu bersih. Tidak ada sampah berserakan. Demikian juga kamar mandi, bersih, wangi, dan kinclong. Mereka menerapkan maqalah "al-nadhafatu minal-iman" dalam praktik sehari-hari. Tidak ada kamar mandi becek atau bahu menyengat karena jarang dibersihkan. Semua clean dan enak dipandang.

Hal yang sama juga soal ketaatan terhadap peraturan lalu lintas di jalan raya. Tidak ada pengguna jalan yang melanggar lalu lintas. Saat lampu merah, semua berhenti meski suasana dalam keadaan kosong. Demikian juga penyeberang jalan tidak "semaunya sendiri" hanya karena tidak ada mobil lewat. Segalanya dilakukan karena tumbuhnya "kesadaran" akan pentingnya keteraturan dan disiplin diri untuk menjaga kebaikan bersama. Wallahu a'lam bish-shawab


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua