Katolik

Sikap Rendah Hati (Yohanes 1:6-8.19-28)

Ilustrasi

Ilustrasi

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Semua kabar baik yang kita dengar memberi kegembiraan dan menambah energi untuk melakukan berbagai aktivitas. Kabar baik itu indah dan menyukakan. Kita tidak rugi sedikit pun bila membawa kabar baik. Sebaliknya, kabar buruk menguras energi.

Kita perlu menentukan sikap, apakah perlu mendengarkan kabar buruk dan hanyut di dalamnya atau mengabaikannya dan memetik hikmahnya untuk mengolah diri lebih lanjut. Kita sering jumpai bahwa tidak sedikit orang yang memiliki tabiat suka menceritakan kabar buruk.

Nabi Yesaya tidak saja tampil untuk memberikan kecaman dan nubuat tentang penghukuman bagi bangsa Israel. Dia tampil untuk mewartakan kabar keselamatan dan kabar gembira yang hendak diberikan kepada bangsa Israel.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Injil Yohanes 1:6-8.19-28 yang kita dengarkan pada hari minggu Adven yang ke-III ini, berbicara tentang Yohanes Pembaptis, tokoh besar pada masa Adven ini yang diutus oleh Tuhan sebagai saksi untuk memberi kesaksian kepada kita bahwa Terang yang kita nanti-nantikan itu akan segera datang.

Dalam Injil hari ini, kita diajak untuk menyaksikan bagaimana aksi Yohanes dalam menjalankan perutusannya itu. Yohanes tampil dengan gagah berani mewartakan tentang Terang yang akan datang di hadapan banyak orang. Dalam menjalankan perutusannya itu, Yohanes sungguh-sungguh menjalankan peranannya, yakni sebagai seorang utusan.

Karena itu, saat orang-orang bertanya tentang identitasnya, Yohanes menjawab dengan jujur bahwa dia bukanlah Terang yang dinantikan-nantikan itu. Dia bukanlah Mesias. Dia hanyalah orang biasa yang diutus untuk mewartakan Dia yang luar biasa.

Yohanes mengatakan bahwa dia hanyalah utusan untuk memberi kesaksian bahwa Sang Terang Sejati akan segera datang. Terang Sejati itu adalah Yesus. Dialah yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan dan mengampuni. Yesus itulah yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis.

Tokoh Yohanes Pembaptis dalam Injil hari ini memberi kita banyak pelajaran penting bagi kehidupan kita. Yohanes telah menunjukkan suatu sikap yang sangat layak untuk kita teladani di zaman ini. Salah satu sikap yang ditunjukkannya adalah sikap rendah hati. Sikap rendah hati ini ditunjukkan oleh Yohanes ketika orang-orang mendengarkan pewartaannya dan orang banyak bertanya tentang identitasnya, apakah dia adalah Terang itu?

Atas pertanyaan ini, Yohanes pun menjawab dengan jujur bahwa dia bukanlah Terang itu. Dia bukanlah Mesias, dia hanyalah orang biasa yang diutus untuk memberi kesaksian tentang Terang yang akan datang. Inilah salah satu kerendahan hati yang ditunjukkan oleh Yohanes. Padahal saat itu, banyak orang yang mengikutinya dan percaya serta mengira bahwa dialah Terang itu. Dialah Sang Penyelamat.

Namun, Yohanes tidak mau menipu orang-orang yang percaya dan mereka yang mengikutinya. Yohanes tetap merujuk pada inti dari pewartaannya bahwa dia hanyalah seorang utusan. Dia bukanlah Sang Penyelamat yang dinanti-nantikan itu. sikap yang ditunjukkan oleh Yohanes ini mau menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh menjadi orang yang tamak, menipu, dan mengelabui orang dengan ketenaran kita. Yohanes mengajarkan kita supaya kita berani untuk menjadi diri kita sendiri. Bangga untuk menjadi diri kita sendiri dengan apa yang kita miliki.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pertanyaannya untuk kita adalah apa yang harus kita perbuat untuk menyambut kedatangan Sang Juru Selamat kita ini?

Pertama, hal yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita dengan baik, yakni mengisi masa Adven ini dengan semangat pertobatan yang mendalam. Karena itu kita harus membersihkan hati dan pikiran kita dari segala noda dosa. Kita harus meninggalkan cara hidup kita yang lama yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama dan dengan penuh kerendahan hati kita datang ke ruang pengakuan dosa untuk mohon pengampunan dari Tuhan.

Kedua, kita memulai hidup baru yakni kehidupan yang berkenan kepada Allah. Pertobatan yang mendalam itu harus membawa kita kepada kehidupan baru yaitu kehidupan yang terbuka akan rahmat Allah, terlebih terbuka untuk dibimbing oleh rahmat Allah. Kita harus menjadi lebih terbuka untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Ketiga, hidup dalam kasih. Pertobatan yang mendalam dan kehidupan baru yang berkenan kepada Allah, selanjutnya menggerakkan kita untuk menghidupi kasih kita kepada sesama.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Inilah yang menjadi misi dari Sang Terang yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis dalam Injil yang kita dengarkan pada hari ini. Sang Terang itu adalah Dia yang datang untuk menyebarkan kasih kepada umat manusia. Dan pada saat yang sama, Sang Terang meminta kita untuk juga menebarkan kasih kepada sesama. Hari ini kita memasuki minggu Adven yang ke-III.

Minggu Adven ke-III ini disebut dengan minggu Gaudete atau minggu sukacita, kegembiraan. Dikatakan sebagai minggu sukacita, gembira karena Sang Terang yaitu Yesus yang kita nanti-nantikan kedatangan-Nya sudah semakin dekat. Karena itu, kita patut bergembira dan bersukacita menyambut kedatangan-Nya. Dia yang akan datang itu begitu besar, begitu mulia dan penuh kasih serta membawa damai bagi dunia. Maka, kita harus mempersiapkan diri kita dengan baik agar pada saat kedatangan-Nya kita dalam keadaan yang siap untuk menerima rahmat dari-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Mari pada masa Adven ini kita mempersiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya. Tidak ada kata terlambat untuk mempersiapkan diri kita bila kita mau melakukan. Kita harus membersihkan diri kita dari segala noda dosa. Meninggalkan cara hidup kita yang lama yang tidak berkenan bagi Tuhan dengan persiapan batin dan dengan sikap tobat yang dalam. Semoga Roh Kudus senantiasa menuntun dan membimbing kita agar kita mampu mempersiapkan diri kita dengan baik.

Petrus Dhanga (Pembimbing Masyarakat Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua