Kolom

Humanisme Gus Men

Hamdan Juhanis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

Hamdan Juhanis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

"Waktu akan terasa singkat bagi yang berbahagia, waktu akan terasa panjang bagi yang bersedih, dan waktu akan terasa abadi bagi yang saling mencintai." Itulah penutup untaian Menteri Agama, Gus Yaqut Cholil Qoumas saat memberi motivasi dan apresiasi pada puncak Hari Jadi Kementerian Agama ke 78 yang dikemas dengan dengan acara "Meet and Brief" bersama lebih dari 6000 pejabat dan pegawai Kementerian Agama dari seluruh Indonesia, di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC).

Penutup pada "Briefing" yang disampaikan Gus Men pada acara yang menandai tiga tahun kepemimpinannya pada Kementerian Agama memperjelas betapa beliau mengapresiasi ikhtiar kerja pada lembaga dengan satuan kerja terbesar di Indonesia. Pidato Gus Men yang meskipun disampaikan dengan sangat santai berbalut humor, namun sangat inspiratif dan persuasif.

Pidato Gus Men kali ini patut ditandai di antara yang paling memiliki nuansa humanis. Setelah menyebutkan ragam capaian penting Kementerian Agama mulai dari indeks Kerukunan Beragama, Haji Ramah Lansia, Cyber University, Revitalisasi KUA, dan Impassing hampir 100 ribu guru, Gus Men lalu menyatakan bahwa semua itu adalah buah dari pengujian kebijakan dari para warga Kementerian Agama, di mana dirinya hanyalah sebagai pengambil kebijakan yang harus selalu diuji ketepatan dan kelayakannya.

Humanisme Gus Men semakin terasa ketika tidak tertarik mengurut seabrek penghargaan dirinya sebagai sosok pemimpin yang sebenarnya sangat layak untuk ditampilkan. Paling tidak sebagai hadiah buatnya pada momentum hari ulang tahunnya yang berdekatan dengan ulang tahun Kementerian Agama.

Humanisme Gus Men semakin mengikat emosi para hadirin saat mengandaikan dirinya hanya sebagai lokomotif untuk menggerakkan kereta Kementerian Agama. Baginya, lokomotif yang berisi mesin pendorong tidak akan bisa bergerak tanpa roda-roda dan rel yang dianalogikannya sebagai satker dan unit yang ada pada Kementerian Agama.

Gus Men berusaha meyakinkan khalayak dengan inspirasinya bahwa semua capaian ini muaranya bukan untuk diganjar dengan pujian. Baginya, pekerja dengan motivasi pujian hanya bersifat instrumental semata. Saat pujian itu berganti dengan hinaan, kerja tidak lagi menunjukkan kinerja. Itulah, Gus Men menggarisbawahi bahwa bekerja tanpa motivasi pujian dan tanpa kekhawatiran untuk dikritik atau bahkan dihina adalah bukti kemanusiaan sejati.

Gus Men berusaha me'mantain' semangat para pimpinan satker bahwa yang tidak kalah penting adalah hadirnya "legacy" karena itu adalah jejak kebaikan. Gus Men menitip dua hal untuk memperkuat legacy Kepemimpinan ini. Pertama, teruslah menjadi perekat umat. Kedua, teruslah menebar kebaikan. Itulah penjabaran moderasi Gus Men yang disebutnya sebagai "Berdiri di Tengah" atau "Jalan Tengah" Kementerian Agama.

Dengan legacy dan capaian ini, kata Gus Men, akan semakin melambungkan institusi ini sebagai Kementerian paling kompetitif. Dari modal itu, Gus Men meyakinkan bahwa tidak ada alasan sedikitpun untuk memunculkan inferioritas diri di hadapan Kementrian lain.

Bagian akhir dari suara Gus Men adalah analoginya tentang Kementerian agama sebagai kapal besar. Gus Men sekali lagi menyemangati bahwa kapal harus sampai ke tujuan. Kapal tidak boleh tenggelam. Kapal tidak akan tenggelam sekuat apapun hantaman air di sekitarnya. Kapal hanya akan tenggelam saat air masuk ke dalam kapal. Gus Men ingin menunjuk bahwa soliditas internal Kemenag adalah kuncinya, kalau kita solid, tidak ada yang sulit.

Soliditas adalah masalah batin. Saya-pun merasakan puncak suasana kebatinan itu. Perhelatan "Meet and Brief" ini mungkin juga menjadi terbesar dalam sejarah Kementerian Agama, dengan berkumpulnya hampir seluruh pimpinan Satker dan Unit secara masif. Faktornya, bertemunya ulang tahun Kementerian dan Menterinya. Sebuah titik temu humanisme yang pasti akan menyejarah.

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua