Kolom

Kemabruran Haji

Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam)

Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam)

"Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga” (HR. Bukhari)

Jemaah haji yang telah pulang ke Tanah Air menurut data Siskohat pertanggal 29 Juli 2023 adalah sebanyak 173.462 orang yang terbagi dalam 459 kloter (kelompok terbang). Adapun jemaah haji yang wafat sebanyak 755 orang.

Operasional haji tahun ini akan berakhir 4 Agustus 2023 seiring kepulangan kloter terakhir. Secara umum pelaksanaan ibadah haji tahun ini berlangsung dengan baik meskipun ada beberapa kekurangan yang tentu saja perlu dievaluasi dan dibenahi.

Jemaah haji yang sudah sampai di kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga tentu punya kisah dan pengalaman spiritual yang berbeda. Kisah dan pengalaman itulah yang diharapkan bisa membentuk karakter jemaah haji sehingga bisa meraih predikat mabrur.

Mabrur menurut Prof M. Quraish Shihab bermakna menepati, diambil dari kata abarah. Orang yang berhaji bisa diartikan dia menepati janji memenuhi panggilan Tuhan. Haji yang mabrur tentu menjadi impian setiap jemaah haji. Setidaknya ada tiga indikator yang bisa dilakukan oleh jemaah haji sepulang dari tanah suci agar bisa mendekati derajat mabrur.

Pertama, menjadi agen perubahan sosial. Pada zaman perjuangan kemerdekaan, jemaah haji yang pulang ke nusantara menjadi motor penggerak dalam rangka meraih kemerdekaan bangsa ini. Mereka selama berada di tanah suci selain melaksanakan ibadah haji juga melakukan tukar pikiran dan sharing ide-ide dengan bangsa lain untuk memperjuangkan nasib negerinya. Jemaah haji sekarang diharapkan bisa mengisi kemerdekaan dan pembanguan dengan menjadi tokoh perubahan di masyarakatnya masing-masing. Perubahan ini tentu saja untuk kemaslahatan bersama. Jemaah haji akan menjadi tokoh agama selain menjadi tokoh masyarakat yang pasti didengar dan diminta pendapatnya.

Kedua, menjadi agen dakwah. Jemaah haji yang sudah menyempurnakan rukun Islam yang kelima harus bisa mengajak keluarga, sahabat dan masyarakatnya agar bisa segera menunaikan ibadah haji. Dengan perubahan status sosial menjadi “Pak Haji dan Bu Hajah” mereka bisa berdakwah dengan memberikan contoh perilaku yang baik. Perubahan akhlak dan ibadah individu yang baik juga harus ditunjang dengan kesalehan sosial. Setelah pulang haji, masyarakat harus bisa lebih merasakan manfaat dari jemaah haji. Pak Haji dan Bu Hajah juga harus bisa menjelaskan keutamaan melaksanakan ibadah haji dan umrah sekaligus menginformasikan apa saja pelayanan yang diberikan oleh Kementerian Agama. Akan lebih baik jika bisa meluruskan informasi yang hoax dan simpang siur selama pelaksanaan ibadah haji.

Ketiga, menjadi agen moderasi beragama. Sejak mulai manasik, jemaah haji sudah berinteraksi dengan sesamanya yang tentu saja berbeda kultur dan budaya. Begitu pun pada saat di tanah suci, jemaah haji akan bertemu dan melihat angsa lain yang berbeda suku, bahasa dan ras bahkan mazhab dalam pelaksanaan ibadahnya.

Di Tanah Suci, jemaah sudah bisa melihat keanekaragaman dalam pelaksanaan salat dan ibadah haji dari seluruh muslim penjuru dunia. Ada yang melaksanakan haji ifrad, qiran dan tamattu. Mereka berbeda tapi bisa bersatu dengan kiblat yang sama yaitu Ka’bah. Di tanah suci juga jemaah bisa melihat berbagai perbedaan suku dalam melaksanakan ritual haji. Misalnya suku Bugis dengan tradisi mappatoppo (semacam wisuda bagi yang sudah menyelesaikan rangkaian ibadah haji). Kearifan lokal semacam ini harus tetap terjaga sebagai kekayaan nusantara.

Sepulang dari tanah suci hendaknya jemaah haji tidak kaget lagi dalam hal perbedaan mazhab fiqh. Tidak sibuk dengan debat masalah-masalah ibadah yang tidak konstruktif. Justru yang diinginkan adalah menghargai perbedaan itu dan nyaman dengan perbedaan.

Dengan tiga indikator di atas, semoga jemaah haji kita bisa menjadi jemaah yang haji makbul (diterima) dan menjadi haji yang mabrur. Haji yang makbul adalah haji yang diterima karena sudah memenuhi syarat, rukun dan wajib haji. Menurut Prof Nasaruddin Umar, haji yang mabrur pasti hajinya sudah makbul sebaliknya haji yang makbul belum tentu hajinya mabrur. Tentu kita berharap semua jemaah haji tahun ini menjadi makbul dan mabrur.

Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kec. Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua