Kolom

Metode Baca Al-Qur’an Iqro’

Mahrus eL-Mawa

Mahrus eL-Mawa

Setiap muncul metode baca baru dalam pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia, selalu ada kisah di baliknya. Seperti tulisan sebelum ini, mulai dari metode Baghdadi Tahsin, dan Qira’ati, keduanya muncul karena terdapat kegelisahan serupa. Iqro’ sebagai metode baca setelah Qira’ati juga demikian.

Al-kisah, KH. As’ad Humam menganggap bahwa Qira’ati memiliki celah untuk disempurnakan. Hal itu disampaikan kepada gurunya KH. Dachlan Salim Zarkasyi, pencipta Qira’ati. Akan tetapi, Kyai Dachlan tidak merespon saran dari muridnya, Kyai As’ad Humam, menilai metode Qira’ati sudah baku dan tidak perlu penyempurnaan lagi.

Berdasar hal itu, muncul pemikiran untuk menyusun metode sendiri, tetapi mengacu pada Qira’ati, tentu dengan tambahan dan kreasinya. Penyusunan tersebut berdasarkan pengalaman dan praktik di lapangan. Ada kemiripan Kyai Dachlan ketika memulai Menyusun metode Qira’ati, karena melihat Baghdadiyah terdapat kesulitan dari para muridnya.

Terkait latar belakang keilmuan, Sofian Effendi dan Muhammad Ulin Nuha dalam Ensiklopedia Cara Baca Al-Qur’an di Indonesia (2022: 102-104) menjelaskan, Kyai As’ad Humam belajar Al-Qur’an kepada ayahanya, yang kebetulan juga guru agama, muballigh dan tokoh Muhammadiyah serta mengajarkan baca Al-Qur’an. Berikutnya, Kyai As’ad Humam belajar tajwid dan dasar-dasar ilmu agama kepada iparnya, Kiai Suaman Habib (sekitar tahun 1948-1949).

Konon, Kyai As’ad Humam juga pernah menjadi santri “kalong” di pesantren Al-Munawwir Krapyak. Suatu waktu, Kyai As’ad Humam bertemu dengan sahabat ayahnya, Kyai Dachlan, penyusun Qira’ati. Lalu, Kyai Dachlan menawarkan Kyai As’ad Humam untuk mengajar Al-Qur’an dengan Qira’ati dan menyanggupinya.

Dengan pengalaman pembelajaran Kyai As’ad Humam di atas, buku Iqro’ dianggap yang paling mudah diakses dan fleksibel dalam proses pembelajarannya. Salah satunya, tidak ada ketentuan khusus bagi pengajar, seperti adanya asistensi, yaitu santri jilid di atasnya dapat mengajar santri dengan jilid bawah dan lain sebagainya atau seperti terjadi pada Qira’ati.

Adapun media pembelajaran Iqro’, seperti disebut Sofian Effendi dan Muhammad Ulin Nuha (2022: 103-104), terdapat 6 jilid buku ajar, yaitu: buku Iqro’ klasikal, buku cara cepat belajar tajwid praktis, buku khot praktis ‘Allama bil Qalam, buku kumpulan materi hafalan TKA-TPA, buku prestasi santri, Al-Qur’an khusus bagi santri yang telah masuk kelas Al-Qur’an dan media tambahan lainnya. Basis metode ini sama dengan metode pendahulunya, yaitu talaffuzi dengan pendekatan suku kata.

Sebaran metode Iqro’ sudah hampir di seluruh penjuru negeri dan dikenal secara masif sebagai metode cepat baca Al-Qur’an pada abad ke-20. Seperti metode baca Al-Qur’an sebelumnya, Iqro’ juga tersebar di sejumlah negara, antara lain di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina. []

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua