Kolom

Metode Baca Al-Qur’an Qur’ani Sidogiri

Mahrus eL-Mawa

Mahrus eL-Mawa

Sebagaimana metode “Yanbu’a” yang dijelaskan sebelumnya, metode Qur’ani Sidogiri (MQS) juga mengadopsi dari nama besar pondok pesantren Sidogiri sendiri. Sebab, metode ini memang disusun dan diterbitkan Pondok Pesantren Sidogiri.

MQS ini juga peruntukkan awalnya untuk santri-santri pondok pesantren sidogiri Pasuruan. MQS ini disusun oleh tim dari Pimpinan Pondok Pesantren Sidogiri-Pasuruan Jawa Timur yang beranggotakan Marhatam Ismā’il, Muhammad Hamim Asy’ari, Abdul Syakur Nur, Isma’il Airf, Abdul Wahid Syafi’I, Abdul Muiz Aly, Muhammad Saiful Bahri dan Achmad Husain Nashir.

Dalam buku Ensiklopedi Metode Baca Al-Qur’an di Indonesia (2022: 187-190) disebutkan bahwa proses penyusunan MQS membutuhkan waktu yang cukup lama. Ada beberapa tahapan yang dilalui, mulai dari penelitian, pengamatan dan uji coba salama bertahun-tahun. Sebelum disusunnya MQS ini, Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) menjadikan metode Qira’ati sebagai rujukan dalam pembelajaran al-Qur’an selama empat tahun. Sekitar tahun 2005 muncul usulan supaya PPS membuat metode baca Al-Qur’an sendiri.

Keberadaan MQS sebagai metode akselarasi belajar mengaji Al-Qur’an khusus pemula ala PPS. Terobosan ini diciptakan untuk mempermudah belajar membaca Al-Qur’an dengan benar dan fasih.

MQS sangat penting bagi PPS, sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia. Dalam catatan penulis Panca Warga (1963) disebutkan bahwa PPS didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963. Dalam surat lain (1971) tertandatangani KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun 1971 merupakan hari ulang tahun PPS yang ke-226.

Salah satu khadimul Qur’an PPS, KH. Basori Alwi yang juga pengasuh pondok Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, oleh karena itu secara tidak langsung sanad Al-Qur’an dari para penulis MQS ini tersambung kepada KH. Basori Alwi.

Adapun kegiatan belajar mengajar dengan MQS ini menggunakan beberapa media pembelajaran, di antaranya adalah buku ajar, hukum materi tambahan, buku prestasi santri, alat peraga saat pembelajaran dan buku tambahan pengenalan huruf.

Pembelajaran MQS terdiri dari 5 jilid materi, ditambah gharib (berisi bacaan-bacaan asing dalam Al-Qur’an) dan materi dasar-dasar ilmu tajwid, yang kesemuanya dikhususkan bagi anak-anak usia dini, atau bagi anak yang belum mengenal bacaan tulis Al-Qur’an sama sekali. Ditunjang pula dengan materi pendukung, yakni materi latihan untuk Makharijul-Huruf wa Shifatuha (cara penyebutan huruf beserta sifatnya), dan materi peraga sebagai sarana menciptakan pengajian klasikal.

Sebaran MQS ini setidaknya ada di 23 kota di seluruh Indonesia, terbanyak di wilayah pasuruan sebanyak 355 pengguna yang tersebar mulai dari Jawa Timur mulai dari wilayah Pasuruan sendiri, Probolinggo, Jember, Lumajang, Bondowoso, Surabaya, Gresik, Malang, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Situbondo, Banyuwangi, Sumenep, Jabodetabek, Kalimantan, hingga Malaysia. []

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Tags:

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua