Kolom

Metode Baca Al-Qur’an Ummi

Mahrus eL-Mawa

Mahrus eL-Mawa

Latar belakang setiap metode baca Al-Qur’an di Indonesia ini selalu berkait erat dengan metode-metode sebelumnya, selain karena adanya kebutuhan masyarakat muslim Indonesia yang semakin meningkat. Alasan lainnya, kebutuhan dari pihak sekolah dan madrasah ataupun masyarakat luas terhadap metode pembelajaran Al-Qur’an yang dianggap lebih mudah.

Sisi lain, menurut Sofian Effendi, Ensiklopedi Metode Baca Al-Qur’an di Indonesia (2022: 251-253), metode Ummi ditulis berdasarkan observasi Ustaz Muzammil atas kesalahan-kesalahan umum yang terjadi saat membaca Al-Qur’an, seperti seringnya terjadi tawallud dalam membaca huruf sukun, seringnya tanaffuz ketika membaca ayat yang panjang, tidak stabilnya membacaan hukum mad, ketidaktelitian dalam membaca bacaan mad yang panjang 5 atau 6 harakat, dan mendengungkan bacaan gunnah yang terbaru-buru, sehingga kadar dengung tidak sesuai ketentuan 3 harakat lama tempo dengung. Demikian, metode Ummi ditulis sembari berniat fastabiqul khairot untuk kebaikan melalui metode belajar Al-Qur’an.

Penyebutan Ummi berasal dari kata “ummun”, berbahasa Arab yang bermakna ibu. Jasa seorang ibu sangat tinggi untuk tumbuh kembang anak, antara lain mengajarkan, membimbing, mendidik kepada putra dan putrinya agar menjadi orang yang bermanfaat dan sukses. Ibu juga pengajar pertama terhadap seorang anak menjadi pandai dalam berbagai hal. Oleh karenanya, pendekatan dalam metode Ummi adalah pendekatan bahasa ibu.

Lebih lanjut ditulis Sofian Effendi bahwa metode Ummi dapat digunakan untuk semua golongan, baik anak-anak, remaja, maupun kalangan dewasa. Prakarsa metode Ummi dari Ustaẓ Masruri sebagai direktur konsorsium pendidikan Islam (2000-2009). Masruri menggandeng Ustaz Ahmad Muzammil SQ al-Hafiẓ sebagai koordinator metode Qira’ati Al-Hikmah Surabaya dan dibantu Ustaẓ Ahmad Yusuf MS.

Muzammil sebagai penulis utama adalah alumni pondok pesantren An-Nur Bantul Yogyakarta dan Institut PTIQ Jakarta. Muzammil mempunyai mata rantai sanad Al-Qur’an dari Nawawi Abdul Aziz Yogyakarta yang bersambung kepada Abdul Qodir Munawwir anak dari KH. Muhammad Munawwir Krapyak Yogyakarta.

Ciri khas dari metode ini terdapat pada nada yang digunakan. Proses pembelajarannya terdiri atas 6 jilid ditambah buku gharaibul Qur’an dan tajwid dasar. Dari jilid 1 sampai jenjang akhir dengan menggunakan pola nada yang seragam. Media yang digunakan adalah buku ajar sebanyak 6 jilid dan media lain, seperti peraga pengajaran metode Ummi, buku prestasi santri, buku hafalan doa-doa dan beberapa peraga lainnya seperti aplikasi metode Ummi.

Metode Ummi berada di bawah Ummi Foundation Surabaya dengan sistem pengelolaan mirip dengan Qira’ati. Sebaran pengguna termasuk terbanyak ketiga setelah Qira’ati. Metode ummi memiliki 48 perwakilan dan cabang di seluruh Indonesia. Rinciannya, 27 perwakilan atau koordinator cabang tersebar di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, 9 perwakilan atau koordinator cabang tersebar DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, 3 perwakilan atau koordinator cabang tersebar di Sumatera, 5 perwakilan atau koordinator cabang tersebar di Kalimantan, lalu 2 perwakilan atau koordinator cabang tersebar di Papua; serta 1 perwakilan atau koordinator cabang tersebar masing-masing di Makasar, Bali dan Mataram. []

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua