Kolom

Spirit Baru AICIS 2023 untuk Peradaban Ilmu dan Dunia

Thobib Al-Asyhar

Thobib Al-Asyhar

Menag Yaqut Cholil Qoumas berpesan agar penyelenggaraan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Tahun 2023 lebih "nendang" dari sebelumnya. Sebagai event internasional, AICIS harus hadir memberi dampak lebih signifikan kepada dunia. "Penyelenggaraan AICIS tidak boleh sekedar event tahunan tanpa kontribusi nyata bagi masyarakat akademik dan dunia," pesan Gus Men, panggilan akrab Menag, suatu kali.

Tentu pesan Gus Men tersebut bukan tanpa alasan. Selama ini, pelaksanaan AICIS lebih pada gebyar "kegiatan", belum sampai pada bagaimana AICIS memiliki outputs dan outcomes, serta impacts yang lebih nyata, baik bagi penyelenggara, speakers, panelis, peserta, PTKI, maupun masyarakat luas. Sebagai contoh, bagaimana paper-paper yang lolos dalam "panel selection team" dapat dimanfaatkan secara keilmuan melalui publikasi bereputasi? Belum lagi soal kontribusi wacana dan aksi hingga memberikan solusi bagi kehidupan masyarakat.

Karena itu, AICIS tahun ini diselenggarakan dengan "new spirit", setidaknya pada tiga aspek. Pertama, soal pemilihan tema. Kali ini bertema: "Recontextualizing Fiqh for Equal Humanity and Sustainable Peace". Meski temanya soal fikih kemanusiaan dan perdamaian yang sudah lama digaungkan, tetapi tema ini menekankan pada upaya untuk melihat ulang atas kesesuaian konteks seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin dahsyat.

Sebelumnya, kontekstualisasi fikih telah dibahas secara akademik oleh para sarjana berkaliber, seperti konsep dekonstruksi Syariah melalui rekonstruksi periodesasi Makkah-Madaniyah oleh Abdullah An-Naim yang memunculkan kontroversi pada tahun 1990-an, fikih prioritas yang digagas oleh Yusuf Al-Qardhawi, Fikih Lintas Agama yang dimunculkan oleh Paramadina, Fikih Mawaris oleh Munawir Syadzali, dan jauh sebelumnya munculnya pendekatan konsep Maqashid Al Syariah ala Al-Syatiby, serta lain-lain.

Tema yang diangkat AICIS kali ini bukan ingin mengulang isu lama, namun ingin memberikan makna yang lebih jelas melalui pengujian, pembuktian, dan evaluasi oleh para ahli dan pakar sejauhmana peran fikih yang lebih ramah terhadap isu-isu kemanusiaan dan perdamaian sehingga berkontribusi bagi peradaban manusia. Satu contoh yang dapat disebut soal tradisionalisme paham keagamaan yang hingga kini masih membelenggu umat Islam itu lebih dipengaruhi oleh pemahaman fikih. Kita bisa lihat di linimasa bagaimana netizen masih "berselisih" terkait perbedaan mazhab fikih pada hal-hal yang tidak prinsip.

Pada saat yang sama, rekontekstualisasi fikih tersebut juga "inline" dengan gerakan global yang sebelumnya digaungkan PBNU melalui mukmatar internasional fikih peradaban. Gus Yahya, Ketua Umum PBNU, pernah menyampaikan pentingnya membangun fikih peradaban agar agama (Islam) dapat menjadi solusi bagi persoalan global.

Maraknya konflik dan peperangan di belahan dunia, rusaknya lingkungan, perdagangan manusia, praktik-praktik ketidakadilan gender, dan lain-lain seharusnya dapat dipecahkan dengan peran agama. Agama hadir harus menjadi problem solver, bukan bagian dari masalah itu sendiri, dan itu harus dimulai dari konstruksi fikih peradaban yang ramah terhadap perubahan.

Kedua, spirit baru AICIS 2023 ingin menempatkan seluruh paper yang lolos melalui seleksi tim panel dipastikan dapat dipublikasi dengan baik. Panitia telah menetapkan 140 paper yang akan dipresentasikan dengan melibatkan 10 jurnal terindeks Scopus yang siap mempublikasikan. Selain itu ada ratusan paper lain yang masih layak untuk dipublikasikan melalui Jurnal terindeks SINTA 2 dan SINTA 3.

Artikel-artikel ilmiah yang diajukan melalui momen AICIS 2023 akan mendapat porsi yang layak, sehingga dapat dijadikan modal untuk kenaikan angka kredit bagi dosen dalam menunjang karier akademiknya. Melalui alokasi publikasi ilmiah tersebut, momen AICIS betul-betul memberikan kontribusi bagi para partisipan, sehingga momen internasional ini bukan sekedar menjadi rutinitas tahunan yang hanya berhenti pada gebyar penyelenggaraan tanpa impacts yang jelas.

Ketiga, hasil-hasil perbincangan akademik para ahli dan pakar pada moment AICIS akan menjadi dokumen autentik yang dapat dijadikan rujukan ilmiah dan solutif bagi pembangunan peradaban dunia Islam yang rahmatan lil-alamin. Studi Islam yang oleh sebagian orang hanya berkutat pada wilayah trensendensi ketuhanan, namun melalui forum AICIS ini telah merambah pada wilayah yang bersifat pragmatis dan aksiologis sehingga agama hadir benar-benar menjadi jawaban bagi kehidupan kemanusiaan.

Forum AICIS 2023 akan dihadirkan sebagai forum global yang bergengsi, memiliki frekuensi akademik yang lebih bermutu sehingga dapat menjadi referensi keilmuan yang berkualitas. Para ahli dan pakar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sesungguhnya telah lama membangun peradaban keilmuan yang memiliki basis epistemologi yang kuat. Sehingga melalui forum-forum bergensi ini dapat menjadi isu global dan wacana keilmuan para pakar dunia yang mampu menjadi episentrum peradaban ilmiah. Apalagi Indonesia memiliki para ahli keislaman yang melimpah dibanding negara-negara tetangga.

Dalam konteks integrasi ilmu di mana PTKI sebagai kawah candradimuka lahirnya cendekiawan muslim Indonesia dan dunia, forum AICIS telah menemukan momentumnya, sehingga perlu mendapatkan tempat yang tinggi bagi para akademisi. Hal yang sama bagi stakeholders, para agamawan, tokoh ormas Islam, aktifis pemuda, aktifis gander, dan masyarakat lainnya layak menunggu hasil-hasil cerdas forum AICIS yang hakikatnya sebagai forum ilmu dari hasil penelitian yang akuntabel.

Melalui spirit baru AICIS 2023 ini kita semua berharap dapat menikmati outcomes dan impacts nyata bagi peradaban di masa mendatang. Penyelenggaraan even global ini diharapkan mampu membangun tradisi keilmuan yang mapan serta memberikan kontribusi nyata bagi persoalan-persoalan kemodernan yang selama ini dirasakan stagnan karena dibelenggu oleh doktrin fikih yang kaku. Melalui spirit baru ini pula kelak AICIS akan menjadi forum terbesar dunia bagi pengembangan isu-isu keislaman dan kemodernan. Bukan tidak mungkin, melalui AICIS kebangkitan Islam disumbangkan dari forum ini. Wallahu a'lam.

Thobib Al-Asyhar (salah satu Organizing Commite AICIS 2023, Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama DIKTIS, dosen Universitas Indonesia)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua