Nasional

Anak Tukang Sadap Karet ini Wakili Sumbar di AKSIOMA 2017

Eno Badriah (tengah) selepas tampil, didampingi oleh Bapak dan Guru Pembimbing  (foto: Irul)

Eno Badriah (tengah) selepas tampil, didampingi oleh Bapak dan Guru Pembimbing (foto: Irul)

Yogyakarta (Kemenag) --- Berkunjung ke Yogyakarta tidak terbayang sebelumnya oleh Eno Badriah (14). Terlebih kunjungannya ke Yogyakarta dalam rangka mewakili Provinsi Sumatra Barat sebagai peserta Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga (AKSIOMA) tingkat nasional.

Di ajang dua tahunan yang akan berlangsung dari 7 – 12 Agustus ini, Eno Badriah mengikuti lomba bidang Tahfidz tingkat MTs Putri. Dara kelahiran 31 Agustus 2003 ini adalah siswa MTsN Tanjung Bonai Aur, Desa Tanjung Bonai Aur, Kecamatan Sumpur Kudus, Kebupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat.

Eno, sapaan akrab Eno Badriah, bukanlah berasal dari keluarga kaya. Orang tuanya hanyalah petani biasa. Ayahnya berprofesi sebagai tukang sadap karet dan pencari rumput untuk binatang piaraan milik tetangga. Jarak rumahnya ke ibukota provinsi lumayan jauh, sekitar 100km atau 4jam perjalanan jika ditempuh melalui perjalanan darat.

Kondisi ekonomi keluarga yang minim, tidak membuat semangat siswa kelas 2 MTs ini hilang. Hal ini dibuktikan lewat prestasi yang ia capai. Tercatat, Eno mampu lolos dalam seleksi tigkat provinsi cabang tahfidz. Eno menjadi satu-satunya siswa madrasah dari Kabupaten Sijunjung yang jadi peserta Aksioma 2017 di Yogyakarta.

“Saya seneng banget, terharu, sekaligus deg-degan. Apalagi ini pertama kali ikut lomba tingkat nasional, terus daerahnya juga jauh dari rumah,” ungkap Eno, di Yogyakarta, Kamis (10/08).

“Tadi ketika mau tampil, deg-degan. Tapi alhamdulillah pas sudah berlangsung lomba, saya usahakan tenang,” tambah Gadis berdarah Minang ini.
-----
Eno berangkat ke Yogyakarta bersama kontingen Provinsi Sumatra Barat. Dia juga didampingi ayahnya, Kaswa dan guru Pembimbingnya, Lulu Zulkarnaen.

Menurut Kaswa, keberangkatannya ke Yogyakarta bersama Lalu Zulkarnen ditanggung Pemerintah Kabupaten Sijunjung, pihak kecamatan Sumpur Kudus, dan masyarakat Nagari (sebutan desa di Sumatra Barat) Tanjung Bonai Aur.

“Kalo Eno kan ditanggung Kemenag. Saya dan pembimbing, tidak bisa ikut karena tidak ada biaya. Akhirnya Masyarakat Nagari meminta kami untuk berangkat ke Yogyakarta mendampingi Eno ikut lomba,” terangnya dengan logat Minangnya.

“Alhamdulillah sangat bahagia, sangat terharu mas, anak saya bisa mewakili daerah kami dalam ajang lomba tingat nasional, terlebih lomba bdang tahfidz,” tambahna.

Kaswa mengaku kalau masyarakat Nagari Tanjung Bonai Aur juga sangat senang dan antusias karena putra daerahnya bisa ikut lomba tingkat nasional. Selain membiayai perjalanan dan akomodasi selama di Yogyakarta, masyarakat juga antusias mengadakan selamatan ketika mauberangkat untuk mendoakan Eno.

“Saat akan berangkat ke Yogya, kami diantar dari rumah sampai Bandara oleh rombongan Nagari, saya tidak mengeluarkan sepeserpun buat sewa mobil,” ungkapnya.

“Saya tananamkan ke anak saya, apa yang dilakukan adalah ibadah, Jadi bukan semata hanya lomba saja. Terkait kalah atau menang, itu sudah ada yang atur. Itu bukan tujuan kami,” tambah Kaswa.

Apa yang diungkapkan Kaswa, diamini oleh guru pembiming Eno, Lalu Zulkarnaen. Menurut Lalu, apa yang dilakukan masyarakat nagari, merupakan bentuk dukungan moral dalam melahirkan generasi berprestasi yang mampu membanggakan daerah. Terlebih prestasi tersebut dibidang Al Quran.

Di daerahnya, lanjut guru yang mengampu mapel PKN, anak-anak yang hafal Al Quran diberi penghargaan emas oleh Wali Nagari atau pemerintah setempat. Hal ini dilakukan untuk memantik semangat belajar al-quran.

“Yang hafal Al Quran diberi emas oleh pemerintah. Jumlahnya variatif, tergantung banyaknya hafalan,” jelas Lalu.

Bagi Lalu, dengan membekali anak-anak dengan Al Quran, akan tumbuh generasi Qurani yang berkarakter mulia.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua