Nasional

DEMA/BEM PTKI Se-Indoneisa Gelar Munas Sikapi Radikalisme 

Jember (Kemenag) --- Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)/Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia menggelar Seminar Nasional dan Musyawarah Nasional (Munas) di IAIN Jember. Salah satu agendanya adalah membahas maraknya penyebaran berita hoax dan radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Presidium Nasional BEM PTKI Anis Rohmatulloh mengatakan munas sebagai sarana strategis untuk menkonsolidir berbagai ide dan gagasan. Munas juga sekaligus menjadi ajang melakukan aksi memperkuat NKRI dari berbagai ancaman termasuk berita hoax dan radikalisme.

Mengutip Bertrand Russell, Anis mengtakan bahwa satu-satunya yang akan menyelamatkan umat adalah kerjasama. "Sayyidina Ali juga berpesan bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir," tuturnya di Jember, Jumat (11/05).

Anis menegaskan, pemuda dan mahasiswa berjiwa pelopor bukan pengekor, pengais bukan pengemis, perintis bukan pewaris, pemenang bukan pecundang, dan generasi yang beradab bukan yang biadab. Karenanya, mahasiswa harus bersama-sama memperkuat komitmen kebangsaan.

Ketua Umum Dema IAIN Jember Wasik mengatakan, mahasiswa harus berperan menjadi moral force menghadapi bahaya radikalisme. Mahasiswa juga harus memperkuat peran sosial agar keberadaannya bermanfaat untuk masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa juga dituntut mampu melakukan pencerahan dan perubahan bangsa, salah satunya dalam penguatan literasi dan perang melawan hoax.

Penyebaran informasi yang begitu cepat menjadikan orang dengan mudah memproduksi informasi utamanya melalui media sosial. “Informasi melalui media sosial dapat menghegemoni pola pikir, mengkonstruk pemahaman, emosi, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Ini harus diantisipasi,” kata Wasik.

Kasi Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Islam Ruchman Basori mengatakan gerakan-gerakan radikalisme merupakan buah dari pemahaman skripturalistik terhadap teks-teks keagamaan. Pemahaman seperti itu seringkali kemudian dipaksakan untuk melegitimasi violence actions.

"Pemahaman skripturalis menganggap bahwa kebenaran hanya ada di dalam teks dan tidak ada kebenaran di luar teks. Mereka lalu menyeru jihad dan menebarkan teror atas nama pemahaman agama yang dimiliki," lanjut Ruchman.

Ruchman Basori meminta DEMA PTKI untuk melakukan langkah-langkah taktis melawan radikalisme dan berita hoax. Salah satunya, melakukan counter ideology agar orang yang tadinya berpotensi radikal menjadi moderat. Hal ini bisa dilakukan dengan bersinergi bersama pihak keamanan seperti TNI, Polri dan Badan Intelijen Negara. Program counter media di dunia maya perlu dilakukan untuk melawan media-media digital yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menyebarkan pahamnya.

Munas berlangsung 10 - 12 Mei 2018 dan diikuti oleh 200 Perwakilan DEMA/BEM PTKI se-Indonesia. Hadir memberikan pencerahan dalam Seminar Nasional dan Munas adalah Bupati Jember, Rektor IAIN Jember Babun Suharto, Kapores Jember, dan sejumlah nara sumber nasional lainnya. (Pipo)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua