Nasional

Gelombang Kedua, Majmuah Harus Pastikan Seluruh Jemaah di Markaziyah

Madinah (Pinmas) – Untuk persiapan pelayanan jemaah haji gelombang kedua di Madinah pasca wukuf, Kementerian Agama sudah mengevaluasi pelayanan pada tahap gelombang pertama. Seluruh catatan-catatan permasalahan di gelombang pertama telah dibahas, dievaluasi dan disampaikan kepada pelaksana penyedia akomodasi di Madinah yaitu Majmuah.

“Kita sudah kumpulkan (Majmuah) dan sampaikan permasahan yang dihadapi jemaah ketika mereka ada yang ditempatkan di luar Markaziyah. Dan kita ingin juga memastikan apakah di tahap kedua itu akan ada permasalahan seperti ini atau tidak, kita tidak ingin itu terulang kembali,” ungkap Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis kepada MCH ketika diminta keterangannya tentang persiapan kedatangan jemaah haji gelombang kedua ke Madinah pasca Armina, Kamis (18/9).

Kepada MCH, wanita yang mahir berbahasa Arab ini telah melakukan konfirmasi kepada pihak- pihak terkait tentang faktor penyebab persoalan ini, dan menurutnya, kami sudah dapatkan penjelasan ternyata memang salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan untuk penempatan jemaah haji kita di wilayah Markaziyah, karena tahun ini ada tren negara lain yang biasanya menempatkan jemaah hajinya di hotel di luar Markaziyah, tahun ini menempatkan jemaahnya di dalam Markaziyah.

“ Tahun ini mereka menempatkan jemaah hajinya di dalam Markaziyah, seperti negara-negara Afrika, Thailand juga China itu yang menyebabkan salah satu faktor, kebutuhannya meningkat tetapi ketersediaan hotel itu terbatas ,itu salah satunya,” kata Sri Ilham.

Yang kedua, ujar Sri, jemaah haji gelombang pertama dari negara lain seperti Irak, Iran, Turki, juga Eropa mereka mayoritas jemaah hajinya ditempatkan gelombang pertama, 70 persen gelombang pertama, 30 persen di gelombang kedua. Selain itu, adanya kesulitan karena diperketatnya penerbitan tasrih oleh pihak baladiyah (instansi) di sini, diperketatnya penerbitan tasrih karena adanya kejadian kebakaran dua hotel dua tahun lalu.

Faktor lain, hotel-hotel yang menampung 45 ribu jemaah di Markaziyah listriknya dipadamkan, listrik dipadamkan itu tanpa diberitahu sebelumnya kepada para Majmuah ini. Dipadamkan dalam rangka perluasan Masjid Nabawi, di samping itu ada 7 hotel besar di dalam Markaziyah yang sampai saat ini tasrihnya tidak keluar dari pihak instansi (baladiyah).

“Keterbatasan-keterbatasan ini, itulah yang menyebabkan kesulitan bagi Majmuah,” terang Sri.

Majmuah Tetap Harus Perhatikan Jemaah

Dengan kita melakukan koordinasi sejak awal, kita panggil para Majmuah untuk evaluasi dan menyampaikan agar mereka tetap harus memperhatikan jemaah haji yang ditempatkan diluar Markaziyah dan diperhatikan kebutuhannya.

“Jangan sampai mereka sudah ditempatkan di luar Markaziyah lalu tidak diperhatikan kebutuhannya, fasilitas rumah untuk kenyamanan jemaah tetap diprioritaskan, mereka harus turun mengecek kebutuhan jemaah itu, keluhannya apa, mereka harus memperbaiki layanannya sekarang ini,” ungkap Sri.

Terkait dengan usulan agar sewa musim, menurut Sri Ilham, tentu akan dilakukan kajian yang mendalam dengan evaluasi tahun ini, juga karena tuntutan penerapan e-hajj itu sendiri. Itu yang akan mengubah beberapa kebijakan penyelenggaraan haji, misalnya kalau tahun ini terakhir melakukan kerjasama kontrak dengan Majmuah, tahun depan tidak bisa lagi.

Kita harus kontrak dengan hotel langsung atau dengan pemilik hotel, apakah kita akan sewa satu musim atau berdasarkan jadual, akan kita lakukan kajian, dan kita juga sebelumnya akan melalukan survei harga supaya nanti perencanaan kita betul-betul lebih akurat lagi data dan juga harga.

“Itu yang kita usulkan ke pimpinan untuk kebijakan tahun yang akan datang,” pungkas Sri Ilham. (dm/mch2014).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua