Nasional

Hijrah Harus Dimaknai Sebagai Proses Transfromasi

Jakarta (Pinmas) — Sekretaris Jenderal Kemenag Bahrul Hayat menyatakan tentang aktualisasi hijrah sebagai proses transformasi. Tahun hijrah secara fisik dapat dimaknai perpindahan Rasulullah Nabi Muhammad SAW ketika pindah dari Mekkah ke Madinah. Tetapi dapat pula dimaknai sebagai proses transformasi, pembaharuan dari diri manusia.

Bahrul mengaku masih ingat betul ketika pindah dari Depdikbud ke Kemenag, yang oleh mantan Menteri agama Muhammad Maftuh Basyuni diminta untuk hijrah ke Kemenag. Di situ ada transformasi batin dan dirinya ke arah wilayah lain dan harus lebih baik.

“Rasulullah ketika di Madinah membangun peradaban baru, ke arah perubahan. Bahkan membawa ke transformasi internasionalisasi di Madinah, membangun “, ujar Bahrul Hayat saat menyampaikan arahannya di depan Pimpinan Pusat Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) periode 2013-2018 dan rapat kerja nasional organisasi guru Raudhatul Athfal, di Aula H.M. Rasjidi Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu 13/11.

Untuk itu, pada momentum awal tahun hijrah, Bahrul Hayat mengajak jajaran IGRA membangun peradaban baru bagi Indonesia. Membangun peradaban besar yang baik yang dimulai dari dari pendidikan anak usia dini. Tugas IGRA adalah menjalankan programnya dengan tetap memperhatikan dan mengedepankan tata nilai yang baik. Ini penting, kenapa hijrah harus dipahami dengan baik.

Bahrul pun mengajak para guru RA untuk mengaktualisasi diri dengan memahami pendidikan berkarakter. Karakter adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau organisasi, punya ciri khas karena tak dimiliki pihak lain. Karakter berbeda dengan yang dimiliki orang/organisasi lain. Ciri berbeda itulah yang menjadi khas dan melekat. Ciri yang dimaksud di sini adalah ciri amanah.

Guru RA bertanggung jawab atas amanah yang dipegangnya. Diberi amanah dilekatkan dengan tanggung jawab. Jadi, seseorang yang menjadid pejabat adalah sebagai peningkatan tanggung jawabnya.

“Jangan dinikmati keistimewaannya dari jabatan itu”, ujar Bahrul Hayat.

Ciri lainnya menurut Bahrul Hayat adalah respek, rasa hormat dan menghormati. Penghormatan yang diberikan dari guru RA sebesar itu pula penghormatan diterima. Karena itu Bahrul Hayat berharap, jika mau memperbaiki kesejahteraan guru jangan dipertontonkan kekurangannya, tetapi beri penghormatan.

Karakter juga dibangun dengan keadilan. Sebab, orang berkarakter mampu mengetengahkan dan mengajarkan keadilan pada tempatnya, meski yang bersangkuan orang selalu diganggu dalam menempatkan keadilan.

“Untuk itu menjaga keadilan harus dilakan secara terus menerus”, papar Bahrul Hayat.

Ciri khas lain dari karakter lanjut Bahrul Hayat adalah keikhlasan (ikhlas beramal). Soal ini pernah dipertanyakan. Apakah logo Kementerian Agama, ikhlas beramal, sudah waktunya diganti? Pasalnya, apa benar sudah ikhlas di jajaran kementerian itu.

Menurut Bahrul Hayat, keikhlasan itu harus dibangun. Secara terori, ikhlas memberi kebaikan kepada siapa pun, tanpa menghitung balasan. Keikhlasan: tangan kanan di atas dan memberi tanpa diketahui orang lain.

Biasakan memberi kebaikan. Memberi tanpa mengharap balas. Sejatinya, dalam ikhlas itu adalah menjalankan seluruh tugas (kewajiban) dengan sebaik-baiknya.

“Terimalah hak jika memang ada. Tapi, tolong jangan menuntut di luar hak”, terang Bahrul Hayat .

Pegawai Negeri Sipil atau PNS tak punya hak untuk meminta jabatan. Karena itu jika ada yang kirim surat (nota) untuk jabatan – dengan alasan pernah menjabat sekian lama – pasti, menurut Bahrul Hayat, akan ditolak.

Harus yakin, Tuhan mengajarkan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Ini harus diyakini. Memang banyak orang tahu ini, tapi berat untuk dilakukan. Berat untuk bertindak melakukan keikhlasan. Tetapi, bekerja harus menyatukan langkah dan pikiran. Penguatan oleh lisan.

“Penguatan hati dan pikiran harus dilakukan. Selanjutnya, bertawakal”, pungkas Bahrul Hayat. (ess/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua