Nasional

Kemenag Bicara Moderasi Islam pada Forum Menteri Agama di Saudi Arabia

Makkah (Kemenag) --- Sekjen Kemenag Nur Syam mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri pertemuan Dewan Eksekutif Menteri-Menteri Agama. Gelaran ke-11 ini berlangsung hari ini, Minggu (13/05), di Makkah, Saudi Arabia.

Forum ini diikuti utusan dari delapan negara, yaitu: Arab Saudi, Yordania, Pakistan, Gambia, Mesir, Kuwait, Maroko, dan Indonesia. Forum ini membahas isu-isu aktual yang menjadi perhatian negara-negara muslim di dunia. Beberapa isu yang dibahas antara lain terkait moderasi agama, pemberdayaan zakat, dan peningkatan kulitas layanan penyelenggaraan haji.

Sekjen Nur Syam banyak berbicara terkait moderasi beragama. Mantan Rektor IAIN sunan Ampel Surabaya ini memaparkan paradigma pembangunan kehidupan beragama di Indonesia.

"Kami mengembangkan kebijakan moderasi beragama, washatiyyah ad-dien. Yakni sikap beragama pertengahan, sesuai ajaran Alquran yang menyatakan umat Islam merupakan ummatan wasthan, yang dihadirkan untuk menjadi saksi bagi umat manusia karena umat Islam selalu mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran," terang Nur Syam di Makkah, Minggu (13/05).

Menurut Nur Syam, sikap moderat dalam beragama adalah sikap yang senantiasa menjaga keseimbangan dua kutub ekstrim, yaitu tidak ekstrim yang konservatif dan tidak ekstrim yang liberalis. Indonesia memandang moderasi perlu dijadikan arus baru kehidupan beragama yang didesiminasi melalui dakwah, pendidikan dan kebijakan publik di bidang agama. Arus baru ini juga perlu dijadikan sebagai platform kerjasama antar negara-negara muslim, di samping penguatan solidaritas dan soliditas keumatan.

"Dalam merespon berbagai isu kekinian, pemerintah Indonesia berharap negara-negara muslim senantiasa membangun sikap positif bahwa kita harus menjadi bangsa yang tangguh, rukun dan bersatu sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW," tuturnya.

"Negara-negara muslim tidak selayaknya terombang-ambing dalam berbagai isu, kepentingan dan masalah yang silih berganti sehingga agenda-agenda strategis keumatan terabaikan," lanjutnya.

Atas nama Indonesia, Nur Syam mengajak seluruh pemimpin, para birokrat, para elit politik, para pelaku ekonomi, dan segenap elemen umat untuk senantiasa memperkuat persatuan. Semua pihak harus menjalin kebersamaan, memelihara kerukunan, dan membimbing kehidupan rakyat agar berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Ditegaskan Nur Syam, para ulama dan umara, harus menjalin kerjasama yang erat agar kehidupan umat semakin baik, terhormat dan bermartabat. "Kami memandang pentingnya negara-negara muslim menghindari konflik dan sumber-sumber konflik," tegasnya.

Konflik yang terjadi pada dekade belakangan di beberapa negara, kata Nur Syam terbukti telah memperparah kemiskinan, seperti yang terjadi di sejumlah negara muslim Afrika. Sesama bangsa muslim terlepas dari perbedaan kepentingan politik dan mazhab, harus memiliki kesadaran dan empati untuk menolong satu sama lain.

"Penderitaan umat Islam misalnya di Afrika yang terpuruk dalam bencana kemiskinan, kelaparan dan konflik selayaknya menyadarkan setiap muslim akan pentingnya persatuan umat dan solidaritas kemanusiaan," tandasnya.

"Semoga negara-negara muslim di kawasan Timur Tengah yang dianugerahi kekayaan berlimpah menunjukkan kepedulian dan solidaritas untuk menyelamatkan kehidupan sesama yang tengah menghadapi bahaya kelaparan di negara sekitarnya," sambungnya.

Mengutip Sabda Nabi Muhammad, Nur Syam menegaskan bahwa "Tidak beriman seseorang yang tidur nyenyak dalam keadaan kenyang sementara tetangga di sekitarnya tidak bisa tidur karena kelaparan.”

Konferensi ini berlangsung satu hari. Para peserta konferensi ini selanjutnya akan merumuskan rekomendasi terkait beragam masalah yang didiskusikan. (Zemi)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua