Nasional

Kemenag Jajaki Dialog Lintas Iman dengan Cina

Sekjen Kemenag Nur Syam diskusi dengan tim KJRI di Guangzhou terkait rencana Interfaith Dialogue Indonesia - Cina. (foto: zemi)

Sekjen Kemenag Nur Syam diskusi dengan tim KJRI di Guangzhou terkait rencana Interfaith Dialogue Indonesia - Cina. (foto: zemi)

Guangzhou (Kemenag) --- Kementerian Agama menjajaki kerjasama dalam bentuk dialog lintas iman atau interfaith dialogue dengan Cina. Rencana ini terungkap dalam diskusi antara Sekjen Kemenag Nur Syam dan Kepala Pusat Kerukunan Beragama (PKUB) Ferry Meldy dengan Wicaksono dari KJRI di Guangzhou, Cina, Jumat (17/11).

Menurut Ferry Meldy, ada keinginan agar antara Indonesia dan Cina menyelenggarakan interfaith dialogue. Selama ini antara keduanya belumlah memiliki forum interfaith dialogue sebagaimana negara lain.

“Kita sudah memiliki 38 negara sebagai anggota interfaith dialogue. Dua yang terakhir ialah pemerinah Myanmar dan Belgia,” ujarnya.

Dengan Myanmar, forum dialog itu membicarakan antara lain tentang kasus kekerasan di Rohingya. Sedang dengan Belgia, pembahasan terkait program kerukunan umat beragama.

“Beberapa saat lalu, kami ke Brussel untuk melakukan interfaith dialogue. Kami datang bersama tokoh NU, Muhammadiyah, tokoh umat beragama serta pimpinan perguruan tinggi Islam. Mereka mengakui Indonesia sebagai the best example for religious harmony,” tutur Ferry.

Ferry berharap hal sama bisa dilakukan tahun depan dengan pemerintah Cina. Biasanya, interfaith dialogue dilakukan antar tokoh agama dari agama mayoritas dari kedua negara. Kalau di Cina, dengan tokoh agama Buddha.

Wicaksono menyambut baik rencana melakukan interfaith dialogue antara Cina dan Indonesia. Menurutnya, dialog kedua belah pihak sangat penting agar bisa saling memahami bagaimana pengelolaan kehidupan beragama di masing-masing negara.

Hanya saja, kata Wicak, Pemerintah Cina tidak mengakui suatu agama, meski tidak melarang jika warga negaranya mengikuti agama tertentu. Makanya, agama Islam juga ada penganutnya dan berkembang antara lain di Guangzhou, Beijing, dan wilayah Uighur. Demikian pula Agama Buddha juga hidup dan berkembang di negeri ini. Mayoritas masyarakat Cina memeluk Agama Buddha.

Menurut Wicak, negara menyerahkan sepenuhnya urusan agama kepada asosiasi masing-masing. Di dalam Agama Buddha terdapat China Buddhis Association, yang dipimpin oleh Master Xue Cheng, sedangkan yang Muslim dibawah The China Muslim Association. Pemerintah juga tidak memberikan hibah atau anggaran apapun kepada asosiasi agama.

Karenanya, kalau interfaith dialogue digelar di Cina, Wicak belum tahu siapa yang akan membiayainya. Menurutnya, harus ada pembicaraan lebih lanjut. Akan hal ini, Ferry menjelaskan bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah interfaith dialogue.

Hal senada disampaikan Sekjen Kemenag Nur Syam. Dia bahkan berharap program itu sudah bisa dilaksanakan pada tahun 2018.

“Kita pastikan anggarannya, kita pastikan kesiapannya. Dan ini merupakan sejarah baru bagi kita bisa melakukan dialog antar umat beragama dengan Cina yang selama ini belum pernah dilakukan,” ujarnya. (NS)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua