Nasional

Kemenag Segera Launching Tiga UIN & Seribu Doktor

Jakarta (Pinmas) —- Untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam, Kementerian Agama menginisiasi dua program strategis yang akan dilaunching pada Senin (15/12) yang akan datang. Kedua program yang akan dilaunching tersebut adalah Transformasi 3 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) dan Program 1000 Doktor.

Launching sendiri dijadwalkan akan dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. “Presiden sangat concern untuk meningkatkan pemahaman keagamaan yang moderat dan toleran untuk mendorong demokratisasi dan memperkokoh pesatuan dan kesatuan bangsa dengan cara meningkatkan pelayanan pendidikan tinggi keagamaan, termasuk Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam atau PTKI,” demikian disampaikan oleh Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Ishom Yusqi, Jakarta, Jumat (05/12) malam.

Menurutnya, PTKI yang berada di bawah binaan Kementerian Agama terus berkembang jumlahnya. Sampai dengan saat ini, setidaknya sudah ada 11 UIN (termasuk tiga UIN yang akan segera dilaunching), 25 IAIN, dan 19 Sekolah Tinggai Agama Islam Negeri (STAIN). “Total sekarang sudah ada 55 PTKI,” tegas Ishom.

“Launching transformasi 3 IAIN menjadi UIN dan program 1000 doktor yang akan dilakukan pada 15 Desember itu untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas para dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam,” tambahnya.

Ditegaskan pria yang sebelumnya menjadi dosen di IAIN Ternate ini, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) mempunyai peran yang sangat signifikan dalam membangun karakter bangsa, termasuk dalam mempererat dan memperkokoh nilai persatuan dan kesatuan bangsa. PTAI tersebar di seluruh Provinsi, mulai dari Aceh sampai Jayapura dengan jumlah mahasiswa yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Seribu Doktor

Program 1000 Doktor yang akan dilaunching pertengahan bulan ini merupakan target tahun 2015 saja. Program ini akan terus dikembangkan pada tahun-tahun mendatang. Sebelumnya, Kemenag juga sudah memberikan beasiswa doktoral kepada 2500 dosen dan 30 persen di antaranya sudah selesai studi.

“Sejak tahun 2008 (program ini) sudah dimulai. Tapi itu masih fokus di dalam negeri sehingga sudah ada sekitar 2500 yang on going dan 30 persen sudah menyelesaikan S3 nya,” kata Ishom.

Ishom mengatakan bahwa dari 1000 doktor itu, 750 di antaranya akan menempuh pendidikan di dalam negeri. “Ada tujuh belas perguruan tinggi umum yang kita sudah melakukan kerjasama, termasuk ITB dan UGM,” jelasnya.

“250 lainnya untuk keluar negeri. Sudah dimaping baik di Eropa, Amerika, Australia dan Timur Tengah, baik arab masyriq seperti Saudi dan sekitarnya, maupun maghrib seperti Maroko, Tunisia, dan Aljazair,” imbuhnya.

Sebagai persiapan, Isom mengaku bahwa pada 2014 ini telah membuka program traning bahasa dan sangat diminati oleh para dosen. Pendaftarnya sudah cukup banyak, hampir 2000 yang diseleksi dan ditraning dulu untuk peningkatan bahasa Arab, Inggris, Perancis, dan Belanda,” tuturnya sembari menambahkan bahwa mereka akan memperdalam berbagai bidang keilmuan yang mendukung peningkatan kualitas dan mutu pendidikan tinggi yang ada di Kemenag.

Integrasi Keilmuan

Transformasi IAIN menjadi UIN dan penguatan 1000 doktor PTAI dalam berbagai disiplin ilmu, dikatakan Isom menandai terus berprosesnya integrasi keilmuan di PTAI. Ditegaskan Islam bahwa Kementerian Agama tidak memberikan perlakuakn yang berbeda-beda terhadap dosen di fakultas umum dan agama.

“Kita tidak membeda-bedakan dosen fakultas agama ataupun umum. Sebab, tujuan dari adanya UIN adalah integrasi keilmuan. Jadi cara berfikirnya tidak dikotomis ada ilmu agama dan umum. Itu sudah tidak ada lagi,” terangnya.

“Kita bertujuan untuk mengintegrasikan keilmuan sehingga dosen di fakultas umum dan agama tidak ada perbedaan dan untuk meningkatkan daya saiangnya kita fasilitasi semuanya,” imbuhnya.

Selain program 1000 doktor, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam juga sudah menginisiasi beberapa program lainnya yang bertujuan terus meningkatkan kualitas PTAI. Salah satunya adalah program Academic Recharging for Islamic Higher Education (ARFI). “Setiap tahun dikirim 30 dosen dari berbagai bidang ilmu. Kita kirim yang Arabic Countries ke Mesir, Tunis, Aljazair dan Maroko. Sedang yang English Countries ke Australia, Eropa, dan Amerika. Kita kirim sesuai bidang ilmu yang mereka miliki, dan biasanya diikuti oleh yang sudah S2 dan calon doktor,” terangnya.

Selain itu, ada juga untuk yang suda doktor atau post doctoral. Mereka yang mengikuti program ini diberi kesempatan untuk mengajar di luar negeri sambil berkonsultasi dengan para ahli. Mereka juga diberi kewajiban khusus untuk menyiarkan Islam Indonesia yang toleran dan moderat.

“Jadi biar dunia tahu bahwa yang namanya Islam itu tidak identik dengan Timur Tengah. Kita bisa menampilkan bahwa Islam di Indonesia ini ternyata bisa berdampingan dengan agama lain dengan penuh toleransi dan moderat,” tandasnya. (mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua