Nasional

Kenapa Tidak Tarwiyah?

Anggota Amirul Hajj KH Asrorun Niam. (foto: danyl)

Anggota Amirul Hajj KH Asrorun Niam. (foto: danyl)

Jemaah haji Indonesia akan mulai digerakan menuju Arafah pada Rabu (30/08) besok, atau bertepatan dengan 8 Zulhijjah 1438H. Pada saat yang sama, sebagian jemaah ada yang bergerak menuju Mina untuk melakukan Tarwiyah. Kenapa tidak semua jemaah Indonesia melakukan Tarwiyah?

Sekretaris Komisi Fatwa MUI yang juga Anggota Amirul Hajj Dr. Asrorun Ni’am, Selasa (29/08), memberi penjelasan sebagai berikut:

Tarwiyah adalah menginap (mabit) di Mina pada 8 Dzulhijjah, sebelum wukuf di Padang Arafah. Jemaah akan menunaikan shalat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari di hari Arafah. Hukum melaksanakan Tarwiyah adalah sunnah.

Wukuf adalah rukun haji. Karenanya, seluruh jemaah haji Indonesia harus dipastikan sudah berada di Arafah sebelum pelaksanaan wukuf (Zuhur tanggal 9 Zulhijjah). Memobilisasi jamaah haji dalam jumlah besar (lebih dari 200ribu), membutuhkan waktu. Karenanya, Pemerintah mengambil kebijakan untuk langsung memberangkatkan jemaah haji Indonesia menuju Arafah untuk persiapan wukuf.

Ini dilakukan demi kemaslahatan. Pelaksanaan rukun hajinya, lebih diutamakan. Dari pada mengejar sunnah, akan tetapi berpotensi mengganggu pelaksanaan rukun haji, yaitu wukuf.

Jika seluruh jemaah digerakkan ke Mina terlebih dahulu, dikhawatirkan saat pelaksanaan wukuf masih ada jemaah yang berada di luar Arafah. Jadi, ini akan berpotensi menghilangkan kesempatan pelaksanaan rukun haji. Karena persoalan teknis pemberangkatan, jemaah masih di luar Arafah.

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua