Nasional

KSM Pangkas Jarak Tradisi Riset dan Tulis

Makassar (Pinmas) —- Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan mengaku masih adanya jarak antara tradisi menulis dan tradisi riset dalam dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Kompetisi Sains Madrasah (KSM) digelar salah satunya dalam rangka memangkas jarak tersebut.

“Di Negara kita, khususnya di lingkungan pendidikan Islam, seakan ada jarak antara tradisi tulis dan tradisi riset. KSM mencoba menjadi ajang untuk meminimalisir jarak tersebut,” terang M. Nur Kholis Setiawan usai penutupan KSM III Tingkat Nasional Tahun 2014 di Makassar, Kamis (28/08) malam.

Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini berkisah bahwa dulu, saat kejayaan peradaban Islam, para ulama berhasil menyatukan tradisi riset dan tradisi tulis dalam dunia Islam. Dampaknya, lebih dari 7 abad, Islam menerangi dunia.

“Tradisi penyatuan ini harus kita bangkitkan kembali, karenannya, dengan mengangkat tema; Membangun Peradaban Bangsa melalui kekuatan iman, ilmu dan amal secara seimbang serta kemampuan kompetitif, hidup kreatif berjiwa inovatif dan berkelanjutan ini, kita berharap kedepan, banyak ilmuwan-ilmuwan handal yang lahir dari rahim madrasah,” harapnya.

KSM III Makassar telah resmi ditutup oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kamis (28/08) malam. Mengambil slogan, “Lebih Baik Madrasah, Madrasah Lebih Baik”, event ini memperebutkan 198 medali dari 11 mata lomba, dari MI, MTs hingga MA. Setiap mata lomba, disediakan 3 medali emas, 6 perak dan 9 perunggu.

Sebagai penghargaan, para siswa-siswa yang juara, berhak mendapatkan hadiah berupa sertifikat, medali dan dana pembinaan, masing-masing Rp 15 juta untuk peraih medali emas, Rp 10 juta untuk perak dan peraih perunggu mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp 8 juta.Selain itu, ada penghargaan tambahan dalam katagori the best over all, the best theory, dan the best experiment. Masing-masing pemenang katagori mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp 17 juta.Terakhir, ada hadiah hiburan sebesar Rp 500 ribu dan sertifikat bagi para peserta yang tidak mendapatkan medali.

M. Nur Kholis menegaskan bahwa proses kompetisi dilakukan secara objektif, dan karenanya proses penyusunan soal dan dewan juri diambilkan dari perguruan tinggi. “Kami semaksimal mungkin berusaha agar KSM obyektif, hal ini bisa dilihat dari komposisi juri yang mayoritas dari ITB,” tegasnya.

“Bahkan soal-soal juga berasal dari ITB,” tambahnya. (G-penk/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua