Nasional

Malik Madani: Jadikan Momentum Arafah Untuk Muhasabah

Arafah (Pinmas) – Momentum wukuf di Arafah agar dijadikan momentum tidak hanya memohon ampunan dan berdoa kepada Allah Swt, tapi esensi lainnya agar jemaah haji kita menjadikan kesempatan utama ini untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri. Demikian diungkapkan Naib Amirul Hajj KH. Malik Madani saat menyampaikan ceramah shubuh di Arafah, Jumat (3/10/2014).

“Di Padang Arafah ini, kita manfaatkan untuk bersyukur, berzikir, dan bermuhasabah atau evauasi diri. Istigfar dan berdoa dengan tidak diringi evaluasi diri maka kurang bermakna, dan akan bermakna istigfar kita dengan bemuhasabah,” ungkap Malik.

Menyitir Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin Bab Al-Muhasabah, Malik mengatakan bahwa Al-Ghazali menempatkan kata-kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam permulaan bab muhasabah tersebut, lakukanlah evaluasi terhadap dirimu, sebelum kalian dihisab atau dievaluasi pihak lain terutama oleh Allah Swt pada hari kiamat nanti. Dan lakukanlah penimbangan terhadap dirimu sebelum kalian ditimbang-timbang oleh pihak lain Allah Swt dengan alat timbangan Almizan yang sangat akurat.

“Penting untuk muhasabah atau evaluasi diri dan menimbang baik terhadap diri sendiri, komunitas dan bangsa ini,” tutur Malik.

Muhasabah dalam konteks bangsa ini, menurut Malik, misalnya terkait syiar peribadatan yang demikian semarak, khususnya pada bulan Ramadlan yang dimeriahkan dengan beragam acara televisi, juga tentang antrian pendaftar haji yang demikian panjang hingga harus menunggu sampai 20 tahun, tapi dalam banyak hal tidak memiliki korelasi dengan kualitas keberagamaan masyarakat Indonesia, di mana terorisme masih sering menghantui.

Dikatakan Malik Madani, aib kesalahan atas kondisi peribadatan tersebut bukan pada agama kita, karena agama Islam seperti ditegaskan oleh Rasulullah adalah agama yag tinggi dan luhur, tidak ada yang bisa mengungguli.

“Kesalahan itu terletak pada pola keagamaan kita, di bangsa ini lebih ditekankan pada kesalehan ritual, tapi tidak sampai pada tingkatan kesalehan akhlak atau moral,” ujar Malik.

Rasulullah Saw – lanjutnya- menyatakan bahwa ultimate goal dari ibadah itu adalah kesalehan akhlak, seperti disabdakan Nabi Muhammad Saw aku diutus tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.

“Kesalehan ibadah memang dibawa Nabi, tapi semuanya itu bemuara pada satu tujuan untuk kesalehan akhlak,” kata Malik.

“Agama dibentuk untuk menyempurnakan moral. Bukan akhlak pada pengertian perilaku yang sudah terdistorsi, tetapi akhlak itu adalah moralitas,” tambah Malik.

Malik Madani yang juga Wakil Ketua PBNU menyitir ungkapan Imam Al-Ghazali yang mendenifisikan akhlak sebagai bentuk singular atau tunggal adalah sebuah sikap kejiwaan yang sudah mapan. Dari sikap kejiwaan yang mantap tadi muncul perilaku dan perbuatan yang mudah tanpa melalui proses perenungan. Itulah akhlak.

“Mari lakukan ibadah sesuai syariat, tapi ibadah ini adalah media untuk memperoleh solihal akhlak, mudah-mudahan kita memperolehnya,” ajak Malik.

Malik Madani dalam khutbah Shubuhnya menyampaikan tiga kategori ibadah kepada Allah. Menurutnya, ada sekelompok manusia yang beribadah kepada Allah karena motivasi sebuah keinginan yang ingin dicapai (rogbatan), model ibadah orang ini adalah ibadah para pedagang yang mempertimbangkan untung rugi. Bila tidak ada nilai keuntungan maka dia akan tinggalkan ibadahnya.

Kelompok kedua, lanjut Malik, adalah orang yang beribadah kepada Allah karena takut (rahbatan). “Kata Sayyidina Ali, model ini adalah ibadahnya hamba sahaya. Dia mau beribadah karena tuannya ada di hadapannya, karena takut, bila tuannya jauh maka dia akan berbuat sesukanya,” terang Malik.

Kelompok ketiga adalah orang yang beribadah kepada Allah karena semata didorong oleh motivasi syukron (ahrar), bersyukur. Menurut Malik, Sayyidina Ali menempatkan ibadah ketiga ini adalah ibadah yang tepat, karena Allah senantiasa mengucurkan nikmat dan karunianya kepada kita, dan mengundang kita untuk bersyukur. Karena motivasi ibadah untuk bersyukur maka akan dijaga kesinambunngannya (ajeg).

“Mari kita dasari ibadah haji kita karena motivasi bersyukur,” ajak Malik. (dm/mch2014)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua