Nasional

Menag Doakan Habib Luthfi Diberi Kekuatan Sebagai Pengayom

Menag bersalaman dengan Habib Luthfi usai menutup Konferensi Ulama Sufi Internasional di Pekalongan. (foto: Sandi)

Menag bersalaman dengan Habib Luthfi usai menutup Konferensi Ulama Sufi Internasional di Pekalongan. (foto: Sandi)

Pekalongan (Kemenag) --- Rais 'Aam Idarah Aliyah Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya terpilih secara aklamasi untuk memimpin Majelis Ta'sis Muntada Sufi Alami (Forum Ulama Sufi Dunia). Pemilihan ini berlangsung pada Konferensi Ulama Sufi Internasional atau Multaqa as-Sufi al-Alamy di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa, 9 April 2019.

“Saya bersyukur dan menyambut baik atas terpilihnya Habib Luthfi sebagai pimpinan Forum Sufi Dunia,” tutur Menag usai menutup Konferensi Ulama Sufi Internasional di Pekalongan, Rabu (10/04).

“Saya ikut mendoakan semoga beliau senantiasa diberi kekuatan dan kemampuan oleh Allah Swt untuk terus mengayomi kita semua,” lanjutnya.

Menurut Menag, sejarah mencatat bahwa ulama sufi dan tarekat selalu mengambil peran penting dalam perjalanan bangsa. Mereka memiliki kepedulian besar pada kehidupan sosial, politik, pendidikan dan kemasyarakatan. Mereka menulis kitab, mengajar agama, membimbing penguasa, dan sekaligus juga aktif melawan penjajajan dan kolonialisme.

Pada masa kolonial misalnya, kata Menag, tarekat tampil sebagai sebuah gerakan perlawanan untuk memerangi penjajah Belanda. Ada sejumlah gerakan perlawanan besar, mulai dari perlawanan Syekh Yusuf al-Makassari di Banten, Perang Jawa (1825-1830) yang dimotori oleh Pangerang Diponegoro, Perang Cilegon (1888) yang dipimpin oleh KH. Tubagus Muhammad Falak (1842-1972), perlawanan Singaparna di bawah pimpinan K.H. Zaenal Musthafa, perlawanan di Paterongan Jombang oleh K.H. Romli, perlawanan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (1859-1862), perlawanan Haji Rifa’i (Ripangi) dari Kalisasak Pemalang (1859), Peristiwa Cianjur-Sukabumi (1885), Gerakan Petani Samin (1890-1917), hingga Peristiwa Garut (1919).

Menag berharap, di bawah kepemimpinan Habib Luthfi, Forum Sufi Dunia dapat berperan dalam merespon dinamika dakwah dan kehidupan keagamaan di era milenial. Generasi digital harus memahami bahwa para ulama sufi menyebarkan Islam dengan akhlak yang mulia, sehingga dakwah Islam menjadi lebih efektif dan damai.

"Mari kita isi dunia dakwah kita dengan ngaji rasa. Mari kita banjiri dunia dakwah kita di media sosial dengan uswah hasanah, tidak sekadar mau’izhah hasanah. Mari kita menjadi bumi yang menopang semua orang, menjadi mendung yang menaungi semua insan dan air hujan yang menyuburkan alam," lanjut Menag.

"Mari kita jadikan situasi umat kekinian yang sedang gundah gelisah ini sebagai momentum untuk merevitalisasi kembali gerakan tarekat dan tasawuf. Mari kita berdoa semoga di tahun politik ini, bangsa kita, Indonesia, dijaga dan diselamatkan dari perpecahan, terus menjaga perdamaian, serta merawat semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," harapnya.

Konferensi Ulama Sufi Internasional atau Multaqa as-Sufi Al-Alamy ini berlangsung sejak 8 April 2019. Multaqa diprakarsai oleh Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN). Konferensi ini diikuti 87 ulama sufi dari 36 negara dan dihadiri sekira 3.500 peserta dari kalangan ulama ahli tarikat Indonesia.

Dalam proses pemilihan, seluruh peserta, baik dari mancanegara maupun dalam negeri, mengacungkan tangan saat ditanyakan Syech Adnan Al-Afyouni. Hal itu sebagai tanda sepakat mencalonkan Habib Luthfi bin Yahya sebagai pemimpin organisasi yang baru dibentuk ini.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua