Nasional

Menag: Jangan Ada Penumpang Gelap

Jakarta (Pinmas) - Menteri Agama Suryadharma Ali minta kepada Irjen Kemenag Moh. Jasin dan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Nur Syam untuk mewaspadai masuknya "penumpang gelap" dalam mengelola pengadaan barang dan jasa dengan melakukan pengawalan sejak perencanaan hingga distribusi. Irjen dan Dirjen Pendis harus mengedepankan kehati-hatian, tutup titik-titik yang sekiranya dapat menimbulkan masalah, pinta Menteri Agama Suryadharma Ali ketika membuka Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Agama di Jakarta, Rabu. Hadir pada acara tersebut pejabat eselon I, II dan para Kakanwil Kemenag dan pimpinan perguruan tinggi agama. Ia mengatakan, pengadaan barang dan jasa harus rasional penyelenggaraannya. Harus dihitung dari sisi pengadaan, pendistribusiannya sampai aspek lainnya harus dapat menutup titik-titik peluang masuknya penumpang gelap. "Jangan ada penumpang gelap," pintanya.

Kementerian Agama berkomitmen bahwa tata kelola pemerintahaan yang baik harus dikedepankan. Karena itu pengawasan adalah mutlak dilakukan. Dijelaskannya, Kementerian Agama dalam menerapkan kurikulum terbaru baru bisa menerapkannya pada 2014. Berbeda dengan Kementerian Pendididkan Nasional (Kemendiknas) yang menerapkannya pada 2013. Hal ini sudah disampaikan kepada Wapres Boediono Selasa malam (30/4). Wapres memahami hal itu dan berharap Kemenag dapat melakukan persiapan lebih baik lagi. "Kita tentu berharap ada waktu untuk melakukan persiapan itu," jelas Suryadharma Ali.

Terkait dengan itu, tentu dari Dirjen Pendis harus mempersiapan dari sisi tenaga pengajar (guru), infrastruktur pendidikan semisal ruang kelas dan lainnya. Untuk ini pihaknya minta agar proyek pencetakan buku guna mendukung penerapan kurikulum baru harus dilakukan dengan sebaik-baiknya pula. "Jangan sampai kurikulum belum berjalan, buku sudah dicetak dan disimpan di gudang. Bisa jadi buku digrogoti tikus," katanya. Untuk hal ini, ia mewanti-wanti agar Irjen dan Dirjen Pendis melakukan pengawalan ketat. Sehingga penggunaan dana bisa lebih optimal. Penggunaan dana sosialisasi kurikulum dan kegiatan inefisiensi dapat dihindari. Pada bagian lain Menag Suryadharma Ali menjelaskan bahwa penggunaan anggaran belum dirasakan efektif.

Seperti seorang ibu yang berbelanja ke pasar swalayan, setelah di rumah barang yang dibeli tak dapat dimanfaatkan maksimal. Karena itu penggunaan anggaran perlu dipertajam. Anggaran besar tapi belum efektif bisa dilihat dari hasilnya yang belum menunjukkan peningkatan kualitas secara signifikan. Tentu hal itu bagian dari pemborosan, katanya. Dari sisi perencanaan pun, Menag melihat, masih miskin identifikasi masalah. Akibatnya, tidak tahu harus memulai dari mana. "Saya ingin ke depan, perencanaan dilakukan lebih tajam lagi," pintanya.(ant/ess)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua