Nasional

Menag: Madrasah Kini Jadi Trendsetter

Wonosobo (Pinmas) —- Mentri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, pesantren dan madrasah kini mampu tampil percaya diri dalam melakukan perubahan-perubahan, bahkan menjadi “trendsetter” bukan “follower”.

“Madrasah kini telah menjadi pengendali “trend”, bukan sekedar pengikut bagi model pendidikan di Indonesia,” kata Lukman Hakim ketika melaunching Madrasah Al Hikam Cendekia Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (22/9) siang.

Hadir dalam kesempatan itu Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan, Kakanwil Kemenag Prov. Jateng Khaeruddin, Kanwil Kemenag Prov DIY Maskhul Haji, Pimpinan Pondok Pesantren KH Mahmud Ismail, Wakil Bupati wonosobo Maya Rosyida dan sejumlah pejabat setempat, para ulama dan tokoh masyarakat.

Menag berharap, inovasi dan keunggulan yang dimiliki pesantren dan madrasah harus tetap dijaga. Bahkan harus ditingkatkan. Pendirian madrasah di dalam lingkungan pesantren Al Hikam Wonowobo, Menag mengingatkan, tidak boleh melarutkan kemampuan khas pesantren, yaitu membaca kitab kuning dan budaya pesantren dengan figur sang kiayi.

Putra mantan Menag KH. Saifuddin Zuhri (alm) ini menyebut, walaupun setiap hari santri bisa mendengar dan menonton kyai di pesantren atau kuliah seorang guru besar terbaik yang di-download dari internet, namun santri tidak bisa men-download suasana belajar yang dibentuk atau terbentuk di dalamnya.

“Suasana kehidupan pesantren tidak semua orang dapat secara tiba-tiba mentransfernya. Sebab, di sini membutuhkan usaha yang luar biasa, termasuk menciptakan budaya bagi komunitas di dalamnya yang “committed” dengan dunia keilmuan,” ujarnya.

Menag mengatakan, kemajuan pendidikan madrasah dan pesantren ditandai dengan para alumninya yang sukses dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Melalui pemberian bea siswa santri berprestasi, hasil nyata sudah terlihat. Dengan bea siswa yang diterima, banyak di antaranya melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Fakta ini merupakan upaya menepis tuduhan bahwa ikut pendidikan di madrasah akan masuk jurang “madesu” atau masa depan suram. Padahal belajar di madrasah dan pondok pesantren dapat memiliki ilmu agama yang bagus, moderat dan progresif dan kedalaman ilmu umum pada saat bersamaan.

Dengan cara ini, Menag menegaskan, diharapkan lahir kiayi haji yang ahli biotelnologi, ahli fisika modern, atau fasih berbicara manajemen dan akhirnya mengharumkan agamadi dunia internasional.

Sebelumnya Menag Lukman menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus bangga dengan adanya pesantren, yang merupakan “rahim” lahirnya madrasah, bahkan perguruan tinggi. Kini pendidikan tersebut mengalami kebangkitan dengan ditandai bahwa pendidikan berbasis agama menjadi incaran, tumpuan masyarakat agar terbentuk generasi muslim yang memiliki karakter unggul, kemampuan ilmu yang kombinatif; agama dan umum secara bersamaan.

“Jika dulu pendidikan agama Islam seperti identik dengan keterbelakangan, statis dan jauh dari dinamis, saat ini persepsi seperti itu sudah berubah. Pesatnya penidikan di madrasah dan pesantren menjadi simbol kemajuan sistem pendidikan, yang mampu mengintegrasikan iman, taqwa, dan ilmu pengetahuan. Atau dengan sebutan lain integrasi Islam dan “sciences”,” kata Menag. (ess/ant/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua