Nasional

Menag : Pesantren Bertanggungjawab Sikapi Tantangan Zaman

Padang (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS) menjelaskan bahwa sekarang kita sudah berada dalam era globalisasi, yang tidak pernah terbayangkan bahwa dunia itu dalam genggaman kita. Dalam hal ini pesantren sebagai penyebar ajaran keislaman mempunyai tantangan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan zaman.

Hal itu dikatakan Menag di hadapan para ulama pada acara Mudzakarah dan Seminar tentang Eksistensi Pondok Pesantren dan Madrasah Tarbiyah Islamiyah dalam Menghadapi Tantangan Global” di Asrama Haji Perupuk Tabing Padang, Sumatera Barat, Selasa (9/12).

Tema muzakarah ini, lanjut Menag, membawa pesan kepada kita semua untuk dapat bertanggungjawab dalam mengelola dan menghadapi tantangan global. “Zaman sekarang, dengan bantuan teknlogi (IT) yang sangat luar biasa, kita bisa hidup secara mendunia. Jarak bukan sesuatu yang signifikan menjadi pembeda bagi kita. Apakah kita dikutub utara atau selatan, selama kita masih ada di belahan dunia ini kita bisa terkoneksi satu sama lain,” jelas Menag.

“Itulah dampak positif perkembangan iptek yang harus kita syukuri,” imbuhnya sembari mengatakan bahwa saat ini arus informasi berjalan sangat cepat masuk pada ruang-ruang privat kita.

Lantas apa tantangan pesantren ke depan? Menag menjelaskan bahwa tantangan pesatren dalam arus globalisasi antara lain: pertama, merebaknya faham keagamaan yang tidak seperti disampaikan oleh guru-guru kita terdahulu, seperti faham khilafah dan lainnya. Kedua, berkembangnya faham keagamaan yang terlalu longgar/bebas/tanpa batas. Misalnya, ada pemahaman hubungan sejenis dimungkinkan untuk menikah, keinginan untuk mengubah UU perkwinan, gerakan-gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT), dan lainnya. Demi HAM, mereka ingin menerapkan nilai-nilai di Republik ini secara keagamaan yang kita yakini ini bermasalah. “Disinilah saya senang menghadiri acara semacam ini. Kita di Kemenag selalu menjaga memelihara nilai-nilai tradisi yang baik-baik, selain dituntut untuk berkreasi, berinovasi sesuai tuntutan situasi zaman,” terangnya.

“Pesantren sebagai lembaga yang tertua di Indonesia, yang menjadi khas Indonesia berperan dalam (mengawal) hal ini,” imbuhnya.

Dalam pandangan Menag, pesantren mempunyai kekuatan nilai keihklasan, kesederhanaan dan kemandirian. Selain itu, pesantren juga memiliki metodologi penyampaiaan nilai-nilai agama, seperti kecintaan guru-guru/pengasuh terhadap santrinya, guru jauh lebih penting dari metodologinya, dan santri dapat belajar antar sesamanya.

Sebelumnya, Boy Lestari DT Palindih selaku Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah menjelaskan bahwa Tarbiyah Islamiyah lahir di Sumbar dan berkembang hingga sekarang hingga menjadi aset dan milik orang Sumbar. Pengurusnya sudah sepakat mendukung program pemerintah,” katanya. (Arief/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua