Nasional

Menag Sambut Baik Kerjasama Dengan Thailand Selatan

Jakarta (Pinmas) - Menteri Agama Suryadharma Ali menyambut baik kedatangan delegasi The Southern Border Provinces Administration Centre (SBPAC) Thailand dan berharap melakukan kerjasama dalam berbagai bidang seperti pembangunan agama, pendidikan, haji, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Saya setuju karena untuk mengkongkritkan kerjasama ini dan telah menyiapkan orang untuk menyusun program kerjasama, kata Menag menjawab usulan para delegasi Thailand pada pertemuan di gedung Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian Agama, Jl. MH Thamrin, Jakarta, Jumat (05/04).

Delegasi yang dipimpin Sekretaris Jenderal SBPAC H.E.Pol.Col. Tawee Sodsong ini berharap Pemerintah RI khususnya Kementerian Agama agar memberi perhatian dalam pembangunan agama di Thailand Selatan seperti memberi pelatihan bagi imam-imam masjid, kerjasama perguruan tinggi serta pengembangan bahasa Melayu. Insya Allah kami bisa mengakomodir," kata Menag seraya menunjuk tim yang beranggotakan delapan orang. Sebagai Ketua Tim, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat; dan Wakil Ketua, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil.

Adapun anggotanya: Machasin, Anggito Abimanyu, Nur Syam, Joko Wuryanto, Nanat Fatah Nasir, dan Mubarok. Di hadapan delegasi yang berjumlah 36 orang terdiri dari militer, polisi dan tokoh setempat, Menag mengungkapkan tentang jati diri bangsa Indonesia. “Indonesia dijajah Belanda dan Jepang, rakyat berjuang dalam rangka mengusir penjajah dan menjaga kemurnian agama. Dalam rangka itu, muncul organisasi keagamaan sepertit NU, Muhammadiyah, dan Syariat Islam, paparnya. Kekuatan agama dan iman, kata Menag, mempersatukan masyarakat mengusir penjajah.

Dengan penuh semangat para ulama dan santri mengusir penjajah dengan senjata sederhana, tanpa rasa takut meski musuh menggunakan senjata modern. Atas berkat rahmat Allah, lanjut Menag, pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Kala itu muncul perdebatan apakah syariat Islam menjadi dasar negara atau tidak. Tapi akhirnya disepakati Islam bukan mennjadi dasar negara. Perdebatan Islam dan dasar negara tidak berhenti namun berlanjut dengan intensitas lebih tinggi, ujar Menag Tapi oganisasi besar seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Syarikat Islam menyatakan final, Pancasila sebagai dasar Negara, imbuhnya.

Menag menambahkan, Indonesia adalah negara majemuk, dengan 1200 suku, 720 bahasa, dan 6 agama. Namun, Pancasila telah merekatkan masyarakat Indonesia yang plural. Menteri Agama juga menjelaskan bahwa Islam di Indonesia menganut tiga prinsip, yaitu: prinsip persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah), sebangsa (ukhuwah wathaniyah), dan sesama manusia (ukhuwah basyariyah). Ini menjadi kunci sukses dalam membangun bangsa yang plural, ujarnya. Menag juga mengatakan, di Indonesia nilai agama tidak diformalkan menjadi gerakan struktural, namun nilai agama masuk dalam berbagai lapangan kehidupan Negara. Seluruh agama di Indonesia terwakili dalam negara dalam dasar negara Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menag bercerita bahwa berkunjung ke Jakarta dan menemui Menteri Agama, utusan khusus Presiden Amerika Serikat Obama bertanya tentang hubungan agama di Indonesia. Kepada utusan khusus Presiden Obama, saya katakan hubungan antar agama di Indonesia terbaik di dunia, terang Menag. Hal itu, lanjut Menag, salah satunya ditandai dengan dijadikannya hari raya agama sebagai hari libur nasional. Lebih dari itu, Presiden, Wapres, Menteri Agama yang beragama Islam pun ikut merayakan hari besar keagamaan. Saya katakan (kepada utusan Obama), negara mana yang seperti Indonesia, tegas Menag. (ks)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua