Nasional

Menag: Ulama dan Tokoh Agama Harus Luruskan Demokrasi yang Kebablasan

Jakarta (Pinmas) - Menteri Agama H Suryadharma Ali mengatakan, pemikiran demokrasi sudah melabrak kaidah-kaidah hukum, sistem nilai dan norma yang kini sudah melanda anak-anak muda kita. Masalah ini harus menjadi perhatian para ulama dan tokoh masyarakat untuk meluruskan demokrasi yang kebablasan, agar para pemuda kita tidak terbawa arus dan hal-hal yang tidak diinginkan. "Demokrasi itu penting, tapi tidak boleh mengabaikan normanya," kata Menag ketika memberikan sambutan para peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Darul Rahman Jakarta Selatan, Minggu (18/3).

Hadir dalam kesempatan itu, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Rahman Jakarta KH Syukron Ma`mun, Ketua Umum Forum Silaturahmi Takmir Masjid dan Musholla (Fahmi Tamami) H Rhoma Irama, Kepala Biro Bintal Provinsi DKI Jakarta H Marullah Matali, dan sejumlah alim ulama se Jabodetabek. Menurut Menag, agama harus tetap membentengi demokrasi."Agama harus memberikan nilai-nilai demokrasi. Agama harus menjadi tetap pagar-pagar demokrasi agar demokrasi sesuai dengan masyarakat Indonesia yang religious, yang 85 persen penduduknya muslim." Ia memaparkan, demokrasi yang kebablasan sengaja digunakan oleh pihak-pihak tertentu dan dampaknya sangat luas.

"Demokrasi yang kebablasan akan membuat ketidaktenangan, hormat-menghormati diabaikan, sopan santun dikesampingkan, tatakrama ditinggalkan, caci maki akan jadi tradisi, fitnah pun menjadi kebiasaan dan sebagai ladang bisnis. Ini tidak boleh dibiarkan. Karana itu peran ulama dalam maulid harus betul-betul turun gunung meluruskan keadaan, yang sudah melampaui batas." Menag mengatakan, Islam mempunyai nilai universal dan memiliki tuntunan kehidupan. Bukan hanya tuntunan kehidupan individu ke individu, individu ke kelompok, tetapi juga kelompok dengan negara. "Ini peran kita bersama umat Islam harus benar-benar menjadi benteng Indonesia.

Para ulama harus betul-betul menjadi pagar moral dari bangsa kita yang terus berubah, bangsa yang majemuk, yang berbineka, bermacam suku, agama, bahasa, dan adat istidadat." Menag yakin bahwa agama Islam dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan itu, karena Islam tidak membedakan satu dengan yang lainnya. "Islam menghormati perbedaan ini harus kita sampaikan kepada masyarakat bahwa Islam agama yang paling tepat di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Oleh karena itu, salah jika ada yang menyatakan bahwa Islam bertentangan dengan demokrasi.

Juga salah besar jika Islam tidak bisa memberikan toleransi pada perbedaan-perbedaan. Pemahaman ini dihembuskan oleh pihak-pihak yang mendiskreditkan Islam." Memang, lanjut Menag, tantangan demi tantangan bermunculan, "Saya yakin kiai dan ulama, tokoh agama mencermati perkembangan ini dari hari ke hari. Momentum peringatan maulid hendaknya menjadi momentum untuk terus menyegarkan ajaran yang dibawa Rasul, yaitu Islam yang rahmatan lil alamin, sehingga Islam terus berkembang, memiliki kekutan mencapai cita-citanya." (dik)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua