Nasional

Pendidikan Pesantren Bisa Menangkal Paham Radikal

Jombang (Pinmas) – Peran pondok pesantren tak bisa ditinggalkan menghadapi potensi masuknya aliran, keyakinan dan paham ekstrim ke Indonesia. Karena, pendidikan pesantren bisa menangkal perkembangan paham radikal.

Hal itu disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat meresmikan SMA Trensains Pesantren Tebuireng II di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (23/08). Peresmian ditandai dengan menabuh bedug oleh Menag didampingi pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).

Menurut Menag, pada era globalisasi ini, potensi masuknya aliran ekstrim di Indonesia cukup tinggi. Kementerian Agama mencatat, selama satu tahun terakhir puluhan aliran agama yang berafiliasi kepada gerakan ekstrem memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada situasi seperti ini, pendidikan dan pesantren berperan penting mencegah berkembangnya paham-paham ekstrem itu. “Pendidikan memiliki peranan penting memberikan pemahaman tentang ajaran Islam yang menjunjung tinggi dan menghargai kearifan lokal,” terang Menag Lukman.

Pemberian pemahaman tentang Islam ‘rahmatan lil alamin’, sambungnya, diyakini mampu menangkal, minimal menghambat berkembangnya aliran radikal di Indonesia. “Seekstrim apa pun alirannya, jika pemahaman sudah dilakukan sejak di bangku pendidikan, itu tidak akan berpengaruh. Pada posisi inilah peran pesantren tak bisa ditinggalkan. Terlebih pesantren punya sejarah panjang dalam membangun bangsa,” tegas Menag.

Menag menambahkan, pesantren telah memberi kontribusi luar biasa bagi bangsa dalam rangka meningkatkan kualitas warga negara. Apalagi secara umum alumni pesantren memiliki ciri utama antara lain; kemandirian, keikhlasan dan cinta tanah air.

Sementara itu pengasuh Pontren Tebuireng KH Salahudin Wahid (Gus Solah) menyatakan bahwa Pesantren Tebuireng adalah pelopor masuknya pelajaran umum ke dalam pesantren. Gagasan itu berasal dari KH A Wahid Hasyim saat pesantren lain masih merasa tabu memasukkan ilmu umum ke dalam kurikulum pesantren. “Dulu sempat ditentang tapi akhirnya diterima semua pesantren,” ujar Gus Solah.

Dikatakan, Pesantren Tebuireng kini telah mengembangkan diri menjadi empat Pesantren. Yaitu Pesantren Tebuireng (pusat), Pesantren Tebuireng II di Jombok Ngoro Jombang, Pesantren Tebuireng III di Indragira Hilir Riau dan Pesantren Tebuireng IV di Indragira Hulu Riau. Pesantren cabang ini tampaknya akan terus berkembang sesuai kebutuhan pendidikan masyarakat Indonesia.

Usai meresmikan SMA Trensains Pesantren Tebuireng II, Menag Lukman Hakim Saifuddin didampingi Kakanwil Kemenag Jawa Timur Mahfudh Sodar melakukan ziarah ke makam pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asya’ri, mantan Menteri Agama KH Wahid Hasyim dan Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di area pemakaman yang berada di lingkungan kompleks Ponpes Tebuireng, di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. (ks/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua