Nasional

Puasa Tidak Bermakna Tanpa Kesadaran Pengendalian Diri

Jakarta (Pinmas) —- Puasa itu akan tidak bermakna atau fungsional jika ia dilakukan tanpa adanya kesadaran untuk mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu dari perbuatan yang tidak terpuji.

Demikian salah satu pesan yang disampaikan Khatib Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (29/07). Adapun tema khutbahnya adalah Spirit Idul Fitri tentang Cinta Kebangsaan dan Keindonesiaan.

Salat Id yg dimulai jam 07.00 WIB ini dihadiri Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono, Wapres Boediono dan Ibu Herawati Boediono, Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Para Dubes dan Perwakilan Negara Tetangga, para pejabat Eselon I dan II, serta tidak kurang dari 250 ribu jamaah dari DKI Jakarta dan sekitarnya.

Menurutnya, secara formal (lahiriah), puasa dilakukan dalam bentuk pengendalian diri dari makan, minum, dan hubungan seksual sejak fajar sampai terbenam matahari. Sedang secara esensial (hakiki), puasa meliputi pengendalian diri dari semua keinginan, sikap, dan tindakan tercela, baik dalam hal individual maupun sosial.

“Puasa akan tidak bermakna jika dilakukan tanpa kesadaran mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu,” tegas Masykuri Abdillah.

Meski puasa merupakan ibadah individual dan vertikal, tapi tidak terlepas dari dimensi sosial. “Ibadah puasa tidak terlepas dari dimensi sosial, karena adanya anjuran memperbanyak amal, termasuk amal yang bersifat kemasyarakatan,” tutur Masykuri.

Untuk itu, lanjut Masykuri, Idul Fitri ditandai dengan kewajiban setiap Muslim menunaikan zakat fitrah dan anjuran mempererat silaturahmi dan persaudaraan sesama manusia.

“Jadi, ibadah puasa sebenarnya training untuk membentuk manusia bertakwa, dapat mengendalikan diri dari perbuatan tercela, sekaligus memiliki rasa kasih sayang dan solidaritas sosial yang tinggi,” kata Masykuri.

“Semangat puasa dan Idul Fitri ini seharusnya tidak hanya dipraktikkan selama Ramadlan, tapi berlanjut setelah Ramadlan,” tambahnya.

Masykuri berharap puasa yang telah dilaksanakan selama Ramadlan ini berbuah ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang pernah diperbuat. Dengan demikian pada Idul Fitri ini, kata Masykuri, kita kembali kepada fitrah (karakter) manusia yang mempunyai kecenderungan kepada tauhid (peng-Esaan Tuhan) dan kebenaran. (mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua