Nasional

Rakor Tim Cyber Kemenag Kupas Fenomena Foto Hoax

Jakarta (Kemenag) --- Kementerian Agama menggelar Koordinasi Nasional Tim Cyber Anti Narkoba, Pornografi, dan Radikalisme. Ajang yang digelar di aula Hotel Lumire, Jakarta ini mengupas isu-isu sosial terkini, termasuk mengenai foto-foto hoax.

Kasubbag Humas dan Sistem Informasi Ditjen Bimas Islam, Sigit Kamseno dalam kesempatan itu mengupas sejumlah foto hoax yang sempat viral di media sosial. Foto pertama adalah gambar pemandangan anak balita tanpa busana menyusu di atas jasad ibunya yang berlumuran darah. Menurut Sigit Kamseno, foto itu pernah diklaim sebagai korban pembantaian muslim Rohingya. Padahal sebenarnya foto itu merupakan salah satu adegan film Nepal berjudul Shirish Ko Phool.

Gambar kedua, foto ratusan tumpukan mayat yang dikelilingi para Bhiksu Budha. Foto ini menyebar di media sosial saat konflik di Myanmar antara muslim Rohingya dengan penganut Buddha. "Foto-foto itu disertai kalimat provokatif yang memancing kebencian terhadap agama dan penganut Buddha," ucapnya, Rabu (02/08) malam.

Padahal, lanjut Sigit, foto itu sebenarnya diambil saat peristiwa pasca gempa di China, sekitar April 2010. Para bhiksu sedang membantu para korban gempa yang menewaskan ribuan orang.

Gambar hoax lainnya yang dikupas tim cyber adalah foto puluhan anak kecil tidur tengkurap dengan tangan lurus di atas kepala. Tangan mereka dilindas ban sepeda motor dikendarai pria dewasa.

Foto itu diklaim sebagai hukuman bagi anak-anak Myanmar karena beragama Islam. Padahal foto itu adalah tontonan atraksi anak-anak anggota bela diri di India Selatan yang sedang menjajal ilmu kebalnya. "Berita ini pernah dilansir oleh salah satu media online pada 28 Juli 200 lalu," ucapnya.

Gambar keempat adalah foto yang memperlihatkan seorang ulama Syiah mencium tangan seekor anjing. Foto yang juga sempat viral di media sosial ini, menurut Sigit adalah foto hasil editan. Foto itu merupakan penggabungan dua buah foto, yaitu seorang ulama Syiah mencium tangan seorang lelaki tua dan foto seseorang sedang mencium tangan anjing.

Dikatakan Sigit, di era teknologi canggih ini banyak orang memanfaatkan gambar visual baik itu foto, infografis maupun gambar-gambar kreatif untuk mempengaruhi mindset publik. Mereka tidak segan memanfaatkan moment-moment tertentu untuk membuat kebohongan, fitnah bertendesi agama yang sangat cepat membakar emosi pembaca, sehingga dengan suka rela pembaca turut menyebarkan berita-berita bohong itu, tanpa mengecek kebenarannya.

"Dan pembuat foto hoax itu merasa sedang membela agamannya. Ini tentu sangat keliru. Kita tentu sepakat membenci kekerasan terhadap muslim Rohingya, namun jangan sampai memprovokasi umat dengan berita atau foto dusta," ucapnya.

Sigit berharap tim cyber besutan Ditjen Bimas Islam dapat membantu mengcounter berita dan foto hoax yang menyebar di tengah masyarakat dengan menyajikan fakta sebenarnya.

Tim cyber Anti Narkoba, Pornografi dan Radikalisme Kementerian Agama diharapkan mampu membuat jaringan hingga ke kelurahan atau desa, sehingga conter-counter naratif terhadap berita hoax, paham radikal, pornografi dan penyalahgunaan narkoba yang beredar melalui broadcast lebih efektif. (rf)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua