Nasional

Sambut PESPARANI 2018, Bimas Katolik Fasilitasi LP3KN Gelar Rakornas

Bali (Kemenag) --- Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) Katolik Nasional (LP3KN) menggelar rapat koordinasi nasional (Rakornas). Difasilitasi Ditjen Bimas Katolik, Rakornas yang berlangsung di Bali, 10 - 14 Maret ini akan membahas pelaksanaan PESPARANI pertama di Ambon serta program kerja LP3KN periode 2017-2022.

Rakornas juga menjadi ajang konsolidasi kepengurusan LP3KN dan koordinasi secara intensif tentang persiapan PESPARANI Katolik di Ambon.

Akhir 2016, Menteri Agama telah mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2016 tentang LP3KN. PMA ini lahir dari dorongan kebutuhan masyarakat Katolik akan adanya satu wadah untuk perkembangan pendidikan dan iman umat Katolik khususnya dalam bidang liturgi.

Setelah lahirnya PMA ini, Ditjen Bimas Katolik memfasilitasi sosialisasi dan pembentukan LP3KN pada Juni 2017 dan diikuti dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 998 Tahun 2017 tentang Pengurus dan Bagan Struktur Organisasi LP3KN Periode Tahun 2017 s.d. 2020.

LP3KN kini diketuai Adrianus Meliala yang juga Guru Besar Kriminlogi Universitas Indonesia dan Ketua Ombudsman RI. Lembaga ini dikukuhkan dalam perayaan Ekaristi pada 10 Februari 2018 di Aula Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Membuka Rakornas, Adrianus Meliala menyampaikan ungkapan syukurnya telah dipilih menahkodai Lembaga yang dirindukan umat Katolik. Meliala meminta dukungan pengurus dan pihak terkait demi terlaksananya semua rancangan kegiatan demi suksesnya PESPARANI Katolik di Ambon.

Kepengurusan LP3KN, menurut Meliala, adalah kolaborasi tiga unsur yang kokoh, yakni Kementerian Agama, KWI, dan awam yang direkomendasikan oleh KWI. Namun, tiga unsur ini tidak serta merta menjadi kekuatan tanpa adanya konsolidasi dan saling percaya antarpengurus. Segera setelah LP3KN dikukuhkan, masing-masing bidang melakukan rapat dan membuat blue print.

“Apakah ini akan mencerminkan kekuatan? Semoga. Atau malah kelemahan? Bisa saja, karena tugas ini sangat besar. Cara kerja Kementerian belum tentu sama dengan KWI. Maka konsolidasi internal sangat penting, juga saling percaya,” ungkap Meliala di Bali, Sabtu (10/03).

Meliala berharap, terbentuknya LP3KN bisa menjadi reksa pastoral yang baru, tempat berkumpulnya stakeholders: pemerintah, KWI dan awam. LP3KN diharapkan menjadi ikon baru gereja Katolik di tengah situasi negara saat ini. Umat Katolik juga diharapkan bisa bicara dalam satu bahasa universal yaitu musik dan lagu.

Di akhir sambutannya, Meliala mengingatkan penggunaan APBN untuk lembaga ini harus hati-hati. “Ini amanah yang mulia, jangan kita main-main. Kita bergandengan tangan. Penggunaan anggaran Negara harus hati-hati. Jangan sampai kita keluar dari ruangan ini dengan baju oranye. Kita harus serius agar semua persoalan dapat tertangani dengan baik,” tandasnya. (Joice)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua