Nasional

Sekolah Berasrama Tiru Sistem Pesantren

Bangka Tengah (Pinmas) —- Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga pendidikan dengan sistem asrama (boarding school) terus mengalami perkembangan, baik sekolah maupun madrasah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan formal itu pun mulai mengadopsi sistem yang selama ini dikembangkan oleh pesantren.

“Salah satu program peningkatan mutu madrasah adalah dengan dikembangkannya madrasah dengan sistem asrama, yang merupakan desiminasi dari sistem pendidikan pesantren,” hal ini disampaikan oleh Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan saat membuka kegiatan Workshop Pengembangan Asrama Madrasah di Bangka Belitung, Rabu (10/09).

Diakui guru besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta ini, sistem pendidikan berasrama yang saat ini berkembang di Indonesia adalah meniru sistem pendidikan pesantren. “Pendidikan pesantren dengan menerapkan sistem sorogan, bandongan, halaqah serta tradisi dan nilai kebersamaan, tanggungjawab, disiplin, kejujuran dan kesederhanaan adalah yang menjadikan nilai lebih daripada pendidikan lainnya,” terangnya.

“Inilah pentingnya mengembalikan dimensi pendidkan Islam yang sebenarnya, yaitu yang selama ini dikembangkan oleh pesantren, di kalangan madrasah,” tambahnya.

Dengan tambahan 4 mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab, lanjut M. Nur Kholis Setiawan, sudah sewajarnya jika madrasah menjadi lembaga pendidikan lebih baik sehingga menjadi pilihan masyarakat sebagaimana jargon “madrasah lebih baik, lebih baik madrasah”.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak misalnya, merupakan wasilah siswa mendapatkan pendidikan tauhid dan pendidikan karakter. “Ketika seseorang mempunyai aqidah yang kuat, apapun yang dipelajari maka ia tidak akan sombong, tidak mengangap dirinya yang paling hebat,” ujarnya.

Sementara Fiqih, diakui M. Nur Kholis berdimensi intelektualitas yang paripurna. Menurutnya, orang yang mendalami fiqih akan menjelma menjadi orang yang cerdas dalam berfikir. “Ulama fiqih dihasilkan dari proses ijtihad yang merupakan proses aktivitas membaca, dilanjutkan dengan istiqro dalam arti membaca fenomena dan penelitian-penelitian,” katanya.

M. Nur Kholis menambahkan bahwa dalam perspektif Barat, ilmu hanya untuk ilmu, sementara dalam Islam, Ilmu adalah untuk kemanusiaan yang muaranya adalah kemaslahatan. “99% anak-anak madrasah yang berhasil adalah mereka yang spiritualitasnya tinggi, dengan laku Salat Tahajud, tadarrus al-Quran, wirid dan laku spiritual lainnya. Kesalehan religious dengan prestasi ilmu adalah untuk membentengi dari sfat sombong,” tegasnya.

Sejalan dengan itu, kepada para pengelola madrasah berasrama, M. Nur Kholis minta agar mereka tidak memahami asrama semata-mata dengan bagusnya bangunan fisik, tetapi bagaimana memperkuat isi, konten kurikulum Islamic studies, dan dalam dimensi yang lebih luas adalah mengembangkan olah pikir, hati, rasa, dan raga.

Kakanwil Kementerian Agama Bangka Belitung, Hatamar Rasyid dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada Kemenag RI telah mempercayakan kegiatan di Babel. “Workshop ini merupakan langkah konkrit dalam merespon pemberlakukan Kurikulum 2013 yang didalamnya memberikan otonomi siswa dalam pembelajaran dan bagi saya madrasah berasrama sangat cocok untuk menciptakan kondisi ini”.

Sementara itu Kasubdit Sarana dan Prasarana, Ida Nur Qosim menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh Kepala Madrasah yang sudah memiliki asrama siswa dan juga madrasah yang akan diproyeksikan berbasis asrama. (RB/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua