Nasional

Sekretaris Muhammadiyah: Pancasila Ideologi Ideal bagi Indonesia

Jakarta (Kemenag) --- Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang ideal bagi negara majemuk seperti Indonesia. Mu’ti melihat Pancasila lebih memberikan solusi yang realistis dalam kehidupan kebangsaan, memberikan jaminan persatuan serta kemajuan negara.

Hal ini disampaikan Mu’ti saat menjadi narasumber dalam Workshop Pengawasan melalui Peneguhan Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenag yang digelar Itjen Kemenag di Jakarta, Selasa (30/05). Workshop yang berlangsung sejak 29 – 31 Mei ini diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.

Menurut Mu’ti, Pancasila bukan dasar negara Islam. Namun demikian, Pancasila yang lahir melalui proses yang panjang dan perdebatan tidak sederhana di antara para tokoh bangsa merupakan dasar negara yang Islami. "Pancasila merupakan hasil kesepakatan yang saat ini kita rasakan luar biasa," ujarnya.

Abdul Mu’ti yang hadir mewakili Ketua Umum PP Muhamadiyah menekankan bahwa jika ingin menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka tantangannya adalah bagaimana Pancasila pada tataran praksis menjadi sebuah sistem. Pancasila menurutnya harus menjadi ideologi yang membawa Indonesia menjadi negara adil dan makmur sebagaimana cita-cita pendiri bangsa.

"Kalau secara perlahan dan pasti kita bergerak ke arah tujuan nasional menjadi negara yang adil dan makmur, maka orang tidak akan meragukan Pancasila," ujar Abdul Mu’ti.

Tetapi jika hal tersebut belum bisa kita wujudkan dan kemudian bangsa ini mengidap penyakit 'minder' atau inferior, maka kita akan memilih ideologi yang lain. "Kalau kita tidak bangga dengan apa yang kita miliki dan yang kita miliki tidak memberikan solusi, maka itulah yang menjadi tantangan kita bersama-sama," tambahnya.

Narasumber lainnya, Tenaga Ahli Utama Kedeputian Kantor Staf Presiden Wandy Tuturoong menyampaikan pandangannya tentang cara menangkal pemahaman yang mengancam NKRI melalui pendekatan persuasif. Wandy mengajak untuk mulai ‘berpikir di luar kotak’ dengan mengadopsi pendekatan-pendekatan persuasi dari ilmu-ilmu lain di luar keilmuan yang biasa dipelajari sehari-hari.

"Tinggalkan pendekatan 'ala Penataran P4' yang tidak imajinatif, kering dan membosankan serta yang dilakukan secara sporadis dan formal," ujar Wandy.

Kegiatan ini dihadiri oleh 700 orang peserta yang terdiri dari pejabat eselon I dan Sekretaris pada Kemenag Pusat, para kakanwil, para rektor dan ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri, kankemenag dari seluruh Indonesia serta para Inspektur Wilayah beserta auditor. (didah/mkd/mkd)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua