Nasional

Selaksa Makna 'Syahadat Mengangkat Harkat'

Atraksi Syahadat Mengangkat Harkat di pembukaan MTQ Nasional ke- 28 (Foto: Romadanyl)

Atraksi Syahadat Mengangkat Harkat di pembukaan MTQ Nasional ke- 28 (Foto: Romadanyl)

Jakarta (Kemenag) --- Opening Ceremony Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional ke-28 di Stadion Utama Nagari Sikabu Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (14/11) malam berlangsung meriah dan sukses.

MTQ Nasional ke 28 dibuka oleh Presiden Joko Widodo secara daring dan dihadiri langsung Menteri Agama Fachrul Razi, para pejabat tinggi negara, Menteri Kabinet Indonesia Maju dan gubernur dari 32 provinsi di Indonesia.

Pembukaan MTQ Nasional yang digelar dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat ini dipun disiarkan secara langsung melalui kanal youtube Kemenag RI.

Di penghujung gelaran pembukaan MTQ Nasional di bumi Ranah Minang itu, tepatnya usai parade defile kafilah, ada penampilan atraksi seni budaya yang dibawakan secara apik oleh puluhan seniman dari Sanggar Elly Kasim.

Pergelaran kolosal yang dibawakan para penari dengan visualisasi cahaya dan kolobarasi musik tradisional kontemporer lewat atraksi itu berjudul "Syahadat Mengangkat Harkat".

Meski mengenakan masker dan face shield, para penari tampak atraktif membawakan rangkaian pergelaran Syahadat Mengangkat Harkat.

Pergelaran kolosal ini berkisah tentang ulama dan kaum adat Minangkabau membuhul ikrar “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Atraksi kolosal penuh makna karya almarhum Nasir Basir dalam pergelaran malam itu dibagi menjadi tiga episode.

Pertama tentang visualisasi jazirah Arab dengan ilustrasi turunnya Surat (Q.S) Al Mudatsir yang diperagakan para penari. Turunya Surat Al Mudatsir 1-7 itu sebagai bentuk perintah Allah Swt kepada umatnya untuk bangun dari tidur dan mengagungkan-Nya serta meninggalkan perbuatan keji.

Pada episode pertama ini, para penari memainkan kain putih layaknya terbang menjulang tinggi dengan kibasan visualisasi cahaya sebagai bentuk manusia melepaskan kelalaiannya dan diakhiri mengucap Syahadat dengan menengadahkan tangan ke langit.

Kemudian dari balik stage, puluhan pesilat membawa tarian randai diiringi irama rabab dan saluang yang menjadi musik tradisional Minangkabau.

Di episode kedua, atraksi kolosal mengangkat kisah Minangkabau dan Islam yang pernah terjadi di Bukit Marapalam. Atraksi ini bercerita tentang pertikaian kaum adat dan ulama yang dikenal luas oleh mayarakat Minang dengan ‘Harimau Nan Salapan’ (Harimau Delapan).

Kisah Bukit Marapalam inilah awal mula lahirnya sebuah perjanjian yang dibuhul antara kaum adat dan ulama dengan perjanjian Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Episode ini dibawakan para seniman dengan konsep opera dan bertutur yang kental dengan kekayaan tradisi budaya Minangkabau.

Episode terakhir berkisah tentang keberagaman budaya Indonesia dan kepercayaan kepada Ketuhaan YME. Dilanjutkan dengan kisah dan peran tokoh-tokoh Minangkabau dalam proses terbentuknya NKRI yang dibalut tarian tradisonal Indang. Aksi ini diakhiri lantunan ayat Ali-Imran tentang kerukunan dan persatuan.

Atraksi kolosal “Syahadat Mengangkat Harkat”.sejatinya mensiarkan bahwa adat Minangkabau begitu kuat dengan ajaran Islam karena memiliki filosofi "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" atau adat beralaskan syara', syara' beralaskan kitabullah. Artinya, masyarakat Minangkabau berpedoman pada ajaran dalam Al Quran.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua