Nasional

Sradha Bhakti dan Anti Korupsi

Alit Aryawati Apriltini

Alit Aryawati Apriltini

“Korupsi sudah membudaya”, demikian celoteh obrolan di kalangan masyarakat, seolah korupsi telah tumbuh subur di ladang penguasa.

Apakah ini realita atau sebuah parodi? Kelu kesah sudah berlimpah harta, sudah punya kuasa, sudah berpengetahuan plus pintar, cerdas namun terjerat dan terperangkap jua dalam jejaring korupsi. Hanya bisa menghela nafas kenapa bisa?

Tidak habis pikir korupsi, tetap menjalar menggegoroti dengan virus yang mematikan akal sehat dan membunuh rasa, menjadikan uang adalah segalanya bahkan mendewakannya. Ini sebagaimana ujar Nitisasatra: “ri tekaning yuganta kali tan hana lwihe sangkeng sanghyang mahadana” bahwa di zaman kali ini yang paling diutamankan adalah materi (uang).

Umat sedharma. Adakah cara untuk melenyapkan korupsi dari bumi ini? Ada, yaitu dengan menancapkan sradha dan bhakti di lubuk hati nan dalam. Altar nurani mesti dihiasi taman indah cinta kasih dan telaga ketulusiklasan untuk memuja Hyang Widhi, dengan demikian Hyang Widhi akan menampakkan diri. Cahaya Hyang Widhi akan selalau menerangi irama kehidupan, baik dalam kondisi suka dan duka.

Senjata utamanya adalah ketekunan untuk tetap menjadikan Hyang Widhi sebagai sandaran. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Siwastawa, 7: Asucirwa sucir wapi, sarwa kama gato pi wah, cintayed dewa Isanam, sabahyambhyantara sucih. Artinya, Orang, apakah ia suci atau tidak suci, bahkan diliputi oleh nafsu sekalipun, bila ia tekun memuja Siwa, ia menjadi suci lahir-bathin.

Sradha bhakti mampu menumbuhkan sikap anti korupsi, karena yakin bahwa segala tindakan (karma) akan saksikan, di catat Hyang Widhi. Dalam Atharva Veda 11.16.2: Yas tisthati carati yasca vancati. Yo nilayam carati yah pratankam. Dvau sannisadya yan mantrayete. Raja tad veda varunas trtiyah

Artinya: Siapapun berdiri, berjalan, bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapapun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang yang duduk bersama bisikkan satu dengan yang lainnya, semuanya itu Tuhan, Sang Raja mengetahui, Ia adalah yang ketiga hadir disana.

Tekun memuja Ida Sanghyang Hyang Widhi Wasa yang dilaksanakan dengan ketulusan dan kesungguhan hati untuk tidak korupsi mendapat anugerah kedamaian dan kenyamanan. Menjadi sebuah renungan dan pedoman bahwa inti beragama adalah ketekunan dan konsentrasi dalam memuja Ida Sanghyang Hyang Widhi Wasa, agar mampu melebur perbuatan yang tidak baik menjadi perbuatan yang baik. Karena itulah, keutamaan menjadi manusia.

Hal ini seperti disebutkan dalam Sarasamuccaya, 2, berikut: “…Kunang panentasakne ring subha juga ikang asubha karma”, sekaligus untuk memohon anugerah Siwa berupa kesucian yang mahautama, sabhyabyantarah sucih (ia akan menjadi suci lahir dan bathin).

Demikianlah anugrah bagi orang yang tekun memuja Siwa. Sadana hayu berupa pelayanan, pengabdian, kerja, doa haruslah terkonsentrasi penuh dan dipersembahkan sepenuhnya kepada Hyang Widhi.

Diri harus menggaris nurani untuk menolak korupsi dan mutlak dibutuhkan pemimpin yang berani menentang dan melawan korupsi sebagaimana yang tertuang dalam weda, niscaya bangsa dan negara gemah ripah loh ginawe. Pemimpin Hindu, keluarga, masyarakat, haruslah menjadi jiwa yang agamis berlandaskan kebenaran-kebajikan-kedamaian (satyam, siwam, sundaram). Di samping itu pula, perlu menjadi umat yang berketuhanan (parhyangan) berperikemanusiaan (pawongan) dan harmoni dengan lingkungan dan alam (palemahan). Umat yang mau bekerja (karma) dengan penuh disiplin (yoga) berlandaskan kearifan kesemestaan (jnana) berspiritkan pengabdian (bhakti) dan kesediaan berkurban (yajna). Di titik akhir, yakinlah bahwa para koruptor akan terjerat hukum karma, sebagaimana dalam epos Ramayanan yaitu Rawana, sang pratinayaka atau sang antagonis, mencapai puncak kejahatan yang secara perlahan-lahan mengakibatkannya kehilangan (1) orang arif Wibhisana, (2) ditinggal tidur oleh Kumbhakarna, (3) kematian Indrajit, putra andalan dan kesayangannya. Pada akhirnya iapun gugur di tangan Sang Rama, sang winayaka atau sang antagonis.

Artinya, perbuatan (karma) harus dipertanggungjawabkan (phala). Demikian jua pelaku korupsi, yakinlah akan tergilas oleh hukum karma. Dalam Rgveda VII. 104. 10 disebutkan bahwa: “mereka yang mencoba mencemari sari makanan, mencuri, merampok, akan tenggelam dalam kehancuran, bukan dia sendiri, tetapi juga keturunannya. Pada bagian lain disebutkan juga bahwa apabila manusia memuja Tuhan dengan kebohongan, tidak sungguh-sungguh maka kehancuran akan menimpa yang bersangkutan”.

Weda secara tegas menyatakan bawa harta kekayaan yang diperoleh harus dilakukan dengan cara yang benar berlandaskan dharma. Anti korupsi sebagaimana terdapat dalam Weda dalam berpikir, berkata, dan berbuat harus di jalan yang benar. Hal ini terdapat dalam Rgveda I.189.1: “Agni tuntunlah kami kepada jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraan, wahai Hyang Widhi yang mengetahui semua kewajiban, lenyapkanlah dosa yang menyengsarakan kami. Kami akan memujaMU”.

Kebenaran seperti gerak matahari dan bulan yang berputar dengan teratur dalam mengikuti hukum alam. Harmoninya matahari dan bulan mengikuti hukum alam itu harus dipedomani oleh manusia dalam kaitannya dengan hukum moral.

Kini persembahan bukan hanya ritual, upakara dan doa saja, namun kerja nyata dengan tidak melakukan tindakan korupsi, mengambil hak yang bukan menjadi milik kita. Tetap berkarma baik mulai dari berpikir, berkata, dan dan bertindak. Sastra utama Arjuna Wiwaha “Siapakah tidak menemukan kerahayuan bila telah bersadanakan segala kebajikan, pasti mendapat celaka. Ia yang bersadanakan segala yang buruk, bahaya bila menyangsikan ajaran karma yang purba ini. Lalu apa lagi yang patut dianut, segala harapan akan berhasil bila meniru (laku tapa) Sang Arjuna”.

Demikian umat sedharma, semoga bermanfaat. Mantangya ta tan hana saswata anulus (tiada yang sempurna di dunia ini) bahkan sang hyang sangkara nilakanta Dewa Siwa sekalipun Bhatara Siwa terdapat cacat berupa titik biru di bagian lehernya.

Matur suksma Om santih santih santih Om.

Alit Aryawati Apriltini (Rohaniwan Hindu)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua