Nasional

Temu Peneliti, Kabadan: Produk Penelitian Harus Terpakai

Bekasi (Kemenag) --- Balitbang Diklat Kementerian Agama kembali menghelat Temu Peneliti. Untuk tahun 2019, temu peneliti mengusung tema Positioning Peneliti Keagamaan di Era Disrupsi.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Abd Rahman Mas’ud mengingatkan para peneliti agar seluruh produk kajian, penelitian, dan pengembangan relevan dan bisa dipakai para pihak terkait, utamanya jajaran Direktorat Jenderal di Kementerian Agama. “Itu sudah resmi karena ada surat perintah Kaban yang diumumkan sejak 2017. Kalau selama saya masih sebagai Kaban ya harus taat sama saya,” tegasnya di Bekasi, Rabu (21/08).

Untuk itu, Abd Rahman meminta seluruh peneliti untuk mengumumkan hasil penelitiannya, baik yang berbasis keluaran maupun penugasan. “Semuanya dipublikasikan di web pusat. Karena sekarang memang seperti itu. Sudah ada undang-undang keterbukaannya. Jangan sampai hanya peneliti internal yang bisa mengaksesnya. Semua nanti bisa ikut ambil bagian,” tandasnya.

Hasil penelitian, lanjut Kaban, tidak semata-mata menjadi dokumen kenaikan jenjang pangkat dan jabatan melainkan harus memiliki wisdom yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu, tema penelitian harus benar-benar berdasar pada kebutuhan para pemangku kepentingan. Bukan hanya berdasar pada kebutuhan peneliti.

“Kita harus kembali pada logika dasar kebutuhan penelitian dan mendukung kebijakan pemerintah yang telah dicanangkan dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN). Hal ini tentu sedikit berbeda antara riset di Perguruan Tinggi yang bersifat eksplorasi pengetahuan untuk mengungkap teori-teori dengan riset kelitbangan pada Kementerian dan Lembaga yang lebih spesifik pada kebijakan,” paparnya.

Kaban meminta agar porsi riset kebijakan (policy research) yang merespon pemecahan problem-problem layanan dan sosial diperbesar, sehingga penelitian tidak semata pure research yang melahirkan konsep dan teori-teori keilmuan. Riset masalah-masalah aktual dan yang tak terduga sebelumnya juga terus diantisipasi.

“Fenomena intoleransi, keberagamaan yang ‘lugu’, ancaman radikalisme yang bermuara pada terorisme, gerakan pelemahan keutuhan NKRI harus diwaspadai. Jadi riset-riset kelitbangan kita harus responsif dan juga futuristik,” tandasnya.

Jumlah peneliti pada Kementerian Agama, kata Kaban, sekitar 167 orang. Jika masing-masing menghasilkan 1 hasil riset kebijakan maka dalam setahun terdapat 167 rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan oleh unit teknis dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk peningkatan kebijakan dan layanan yang berkualitas.

“Alhamdulillah produk Litbang tidak hanya digunakan di unit teknis di lingkungan Kemenag saja. Namun, beberapa produk kita sudah dipakai lintas kementerian. Misalnya, Peraturan Bersama Menteri tahun 2006, dan SKB tahun 2008,” ungkapnya.

Membuka Temu Peneliti, Abd Rahman juga menyampaikan pesan Menteri Agama Lukman Hakim yang berhalangan hadir. Menag mengingatkan tentang tema Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia, ‘SDM Unggul, Indonesia Maju’. Menurutnya, tema ini cukup singkat dan padat, namun kaya makna serta memerlukan energi besar untuk mencapainya.

“Para founding fathers telah berjasa mengantarkan kita menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari kecamuk perang, lepas dari cengkeraman penjajah. Giliran kita, saatnya mengisi ruang kemerdekaan ini dengan karya nyata untuk menghasilkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama sebagaimana yang dicita-citakan. Peneliti sebagai kaum intelektual adalah bagian di dalamnya yang diharapkan berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” tuturnya.

Temu riset diharapkan menghasilkan rumuskan langkah-langkah nyata tentang peran dan tugas peneliti di era pergerakan siklus informasi yang sangat cepat dan berdampak pada perubahan sendi-sendi kehidupan. Tuntutan peran Kemenag dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas, taat beragama, rukun, dan sejahtera lahir batin semakin tinggi.

Kepala Puslitbang LKKMO Muhammad Zain mengatakan, kegiatan ini mengundang 167 peneliti Kementerian Agama. Total ada 200 peserta dari berbagai unsur, termasuk narasumber dan peneliti dari sejumlah perguruan tinggi seperti UIN Medan, UIN Imam Bonjol Padang, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Temu peneliti berlangsung tiga hari, 21-23 Agustus 2019. Hadir sebagai pembicara kunci (keynote speech) Prof. Dr. Alwi Shihab, Ph.D. yang menyajikan materi tentang Meneguhkan Inklusivitas Agama-Agama di Indonesia. (Musthofa Asrori)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua