Nasional

Terima ICRP, Menag Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama

Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didampingi Sekjen Nur Syam menerima kunjungan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) atau Konferensi Indonesia untuk Agama dan Perdamaian dan beberapa tokoh agama-agama, di rungan kerja Menag, Gedung Lapangan Banteng, Jum’at (22/08).

Tokoh-tokoh tersebut di antaranya: Din Syamsudin (Ketua Umum MUI), Mirandah Mutia (ICRP), Nyoman Udayana (Parisada Hindu), Wawan Wiratma (Matakin), Paiman MAK (IARC), Gunawan, Thib Raya, Patriun Bela, Philip K Widhjaya (Walubi), Ma’ruf Abdullah (FKUB), Ely Sarapung, Hariyanto, Yosef Ari Wibowo, dan Paulus Setio Hutomo.

Dalam kesempatan tersebut, mewakilil rombongan, Din Syamsuddin mengajak para tokoh-tokoh agama bersilaturahim sekaligus memberi tahu kepada Menag, bahwa para tokoh-tokoh agama hendak menghadiri acara Majelis Agama-Agama Tahun 2014 yang rencananya akan diselenggarakan di salah satu wilayah Korea Selatan yang berbatasan dengan Korea Utara.

Menag bersyukur dan memandang, apa yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh lintas agama ini merupakan sesuatu yang luar biasa dan menjadi bukti riil keberagaman dan toleransi di Indonesia. “Sungguh sesuatu yang luar biasa dan terima kasih atas kontribusi para tokoh agama dalam meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan bermasyarakat kita. Saya sungguh sangat senang, jika dalam pertemuan tersebut, ada suatu hasil atau rekomendasi, baik langsung maupun tidak yang bisa kita tindaklanjuti, atau atas nama Pemerintah, Kemenag bisa ikut ambil bagian,” terang Menag.

Menag berharap, dalam pertemuan tersebut, para tokoh bisa menunjukkan kepada dunia tentang berbagai pengalaman kehidupan beragama di Indonesia. Menurutnya, Indonesia bukan negara agama, namun kita juga bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara yang antara negara dan agama, ada korelasi.

“Para pendiri bangsa ini sepakat meletakkan nilai-nilai agama dalam bernegara. Hal ini bisa dilihat dalam konstitusi kita, Pancasila kita,” kata Menag.

“Meski ada beberapa masalah dalam kehidupan beragama kita, namun sejatinya, sejak dulu kala, kita hidup dalam alam pluralitas yang sangat komplek. Hal ini mungkin bisa dishare ke negara-negara lain. Pluralitas kita sangat luar biasa. Bahkan saya teringat Bung Karno yang bercita-cita menginternasionalisasi Pancasila,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Din Syamsuddin juga menyampaikan bahwa sampai saat ini sudah ada 9 agama yang menyatakan siap untuk mengikuti kegiatan di perbatasan Korsel-Korut tersebut. (g-penk/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua