Nasional

Tradisi Pengambilan Air Suci Waisak, Supriyadi: Jangan Terbelenggu Ego

Tradisi pengambilan air suci dari Umbul Jumprit.  (foto: istimewa)

Tradisi pengambilan air suci dari Umbul Jumprit. (foto: istimewa)

Temanggung (Kemenag) --- Tradisi pengambilan air suci dari Umbul Jumprit dalam rangka Waisak kembali dilaksanakan, Senin (28/05). Direktur Urusan Dan Pendidikan Agama Buddha Supriyadi mengingatkan agar umat Buddha dapat menetralisir, membersihkan, dan mengendalikan ego.

"Manusia agar tidak terbelenggu oleh dendam dan kebencian. Dengan ini manusia bisa hidup berdampingan, aman dan damai," ucap Supriyadi.

Menurutnya, ego diri harus dikendalikan. Dengan begitu, umat Buddha dapat menekan sifat-sifat buruk dalam dirinya.

"Air dapat membersihkan mata, membersihkan mulut, membersihkan telinga. Dengan air ini, diharapkan manusia dapat menjaga matanya, mulutnya, telinganya dari sifat-sifat yang buruk dan menggunakannya untuk hal-hal yang baik saja," imbuhnya.

Pada kesempatan ini, Supriyadi juga berpesan agar umat Buddha turut serta mensukseskan program Nawacita.

"Pemerintah memberikan satu gagasan Nawacita ke delapan, yaitu: melakukan revolusi karakter bangsa. Ini menjadi titik tolak untuk mengembalikan jati diri bangsa kita. Ini momen yang baik untuk umat Buddha dalam menemukan jati dirinya sehingga tumbuh menjadi manusia Indonesia yang sejati," ungkapnya.

Umat Buddha yang terdiri dari berbagai majelis ini memanjatkan doa-doa dan ritual di depan Altar Buddha sebelum mengambil air suci yang ada di dalam area Umbul Jumprit. Prosesi ini digelar sebagai rangkaian Perayaan Tri Suci Waisak 2562 BE/2018.

Air suci Umbul Jumprit akan dibawa dan disandingkan bersama api abadi Mrapen yang telah disemayamkan terlebih dahulu di Candi Mendut pada Minggu kemarin. (dbb)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua