Nasional

Wamenag: Tidak Hanya Mengajar, Kiai Selalu Mendoakan Santrinya

Jambi (Pinmas) —- Kiai bukanlah jabatan profesi layaknya guru atau tenaga pendidik di sekolah atau madrasah. Kiai juga tidak semata bicara tentang ilmu pengetahuan, namun juga terkait dengan ketawadu’an, keikhlasan, hati nurani, dan kewelasasihan. Kiai tidak hanya mengajar, tapi juga selalu mendoakan yang terbaik buat santrinya.

Pesan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar saat melantik Dewan Hakim Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke-V 2014, sekaligus membuka Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren dan Tokoh Pendidikan (International Conference of Pesantren Studies) di Rumah dinas Gubernur Jambi, Provinsi Jambi, Selasa (02/09) Malam.

Hadir dalam kesempatan ini, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, Wagub Fachrori Umar, Wakil Wali Kota Jambi Abdullah Sani, Direktur Pondok Pesantren Ace Saefuddin, dan seluruh Kakanwil Kemenag Provinsi se Indonesia.

Menurut Wamenag, seorang kiai/mursyid selalu dekat dengan para santrinya sehingga terbentuk ikatan emosional yang kuat dan tidak berjarak. Lebih dari itu, kiai juga selalu berdoa untuk keberhasilan para muridnya. “Kiai di pondok pesantren biasanya memakai metode khuduri, atau tidak berjarak dengan murid/santri. Tidak hanya sekedar Ushuli atau mengedepankan akal dan rasio, hal yang mudah kita jumpai di sekolahan,” terang Wamenag.

“Seorang kiai selalu meluangkan waktunya untuk berdoa, salat malam, dan mengajar dengan mengedepankan rasa dan ikhlas. Semua yang diajarkan keluar dari hati yang paling dalam dan mampu menembus batin murid/santri. Para kiai adalah para tokoh pendidik sejati,” tambahnya.

Wamenag menambahkan, kata Murid mempunyai makna yang sangat luar biasa. “Murid tidak sekedar tilmidz. Murid bisa diartikan sebagai orang yang berusaha bersungguh-sungguh mencari ilmu Tuhan, bukan ilmu guru. Bahkan dalam sebuah kitab, untuk menjadi seorang murid, ada 13 syarat, antara lain patuh, sopan dan tawadhu’ kepada kiai,” jelasnya sembari mengatakan bahwa seorang kiai selalu berusaha semaksimal mungkin agar ilmu yang dia ajarkan, memberi berkah bagi seru sekalian alam.

Di hadapan para pengasuh pondok pesantren, Wamenag mengingatkan agar pesantren mampu mengejawantahkan pesan ayat yang pertama turun. Menurutnya, Malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad untuk mengucapkan iqra’ sampai 3 kali, tentu bukan sekedar pengulangan yang mubadzir, tapi mempunyai makna.

“Tiga kali Iqra yang diucapkan Jibril, mempunyai maksud. Pertama, adalah belajar bagaimana kita membaca; kedua, yang dimaksud Iqra’ adalah bagaimana kita mendalami dan memikirkan bacaan itu. Kemudian yang ketiga, adalah agar kita mampu menghayati dan mengerti,” urai Wamenag.

“Nah, setelah kita mampu menembus lapisan-lapisan ini, yang keempat adalah kita akan mampu menguak ayat-ayat lain yang tersirat di alam raya ini, bahwa semua hal adalah kitab,” imbuhnya. (G-penk/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua