Opini

Abu Bakar Ash-Shiddiq Tangkal Hoax Pemberitaan Isra' Mi'raj

Ishom El Saha

Ishom El Saha

Di balik peristiwa luar biasa Isra Mi'raj, rupanya pernah terjadi juga penyebarluasan berita hoax seputar perjalanan 1/3 malam yang dialami Rasulullah pada 27 Rajab itu. Pembuat berita hoax itu adalah Abu Jahal, salah satu orang pertama yang mendapatkan informasi langsung dari Rasulullah, tapi berita itu justru diplintirnya.

Abu Jahal terlebih dulu menghampiri Abu Bakar sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah. Dia berkata: "Apa yang baru saja diceritakan sahabatmu, Muhammad, tentang pengalaman anehnya semalam, bagaimana menurutmu?" Abu Bakar tanpa ragu membalas: "Ya, saya memercayai apapun yang disampaikan Nabi Muhammad".

Tak terima dengan jawaban Abu Bakar, Abu Jahal berupaya bermain logika: "Berapa lama biasanya orang Quraisy menggunakan waktu tempuh ke kota al-Quds (Palestina)? Bukankah lebih dari tiga hari tiga malam?! Sementara Muhammad hanya sepertiga malam langsung pulang-pergi. Tak masuk akal!" kata Abu Jahal.

Abu Bakar dengan sangat mantap menjawab: "Jangankan segitu, seandainya Muhammad mengalami peristiwa yang melebihi Isra' Mi'raj pun aku tetap mempercayainya."

Tak mempan mempengaruhi iman Abu Bakar, kemudian Abu Jahal menemui satu persatu orang Quraisy yang telah masuk Islam untuk menyebarkan berita hoax. "Muhammad semakin tidak waras," demikian kira-kira judul berita hoax yang dibuat Abu Jahal.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a.,: "bahwa ketika Nabi di-isra'-kan sampai ke Masjidil Aqsa, dan di pagi harinya berita itu menyebar di antara orang-orang (Quraisy) maka di antara mereka ada sekelompok orang yang murtad dan sebagian lainnya mempercayainya". (HR. Bukhari-Muslim)

Berdasarkan hadits ini, tampaknya berita hoax yang disebarkan Abu Jahal cukup mempengaruhi masyarakat Quraisy. Dikatakan "masyarakat Quraisy" sebab para pengkritik hadits berpendapat bahwa tidak ada satupun pengikut Rasulullah yang murtad karena pengaruh berita hoax itu. Hadits riwayat Aisyah yang menyebut ada sekelompok orang yang murtad dipahami sebagai golongan (nasun) Arab yang masih mengambang lalu berbalik kepada keyakinan Jahiliah Quraisy.

Terlepas siapa yang dimaksud Aisyah sebagai kelompok yang "murtad", yang lebih menarik adalah kenapa Abu Bakar dan sahabat lainnya tidak mudah terpengaruh berita hoax.

Pertama, Abu Bakar lebih memercayai sahabat yang sudah dikenal daripada berita yang baru datang. Pengalaman Abu Bakar berteman dengan Nabi Muhammad telah diabadikan dalam Al-Quran sebagai "tsaniyasnain" (sejoli). Sementara pesan Rasulullah kepada Abu Bakar: "Jangan kau kira hanya berdua karena ada Allah sebagai pihak ketiganya" (HR. Bukhari).

Pengertiannya, pengalaman berteman yang sudah teruji tak bertendensi apa-apa, lebih diutamakan daripada kabar dari orang lain yang bermuatan kepentingan. Persahabatan Abu Bakar dengan Rasulullah adalah lillah, tanpa keluh kesah: diukir dalam kalam indah "laa tahzan" (jangan risau) bukan "laa takhaf" (jangan takut), makanya Abu Bakar tak menghiraukan provokasi Abu Jahal.

Kedua, Abu Bakar membenarkan peristiwa yang tak masuk akal sebab dalam agama tidak semuanya harus bisa dinalar. Allah memiliki cara mengatur alam semesta, adakalanya dengan al-khalq (sabab-musabab) dan adakalanya melalui al-amr (titah). Sesuatu yang terjadi karena sebab musabab bersifat logis. Tapi sesuatu yang diciptakan melalui titah bersifat tak logis tapi empiris.

Nabi Ibrahim dipanggang api tapi tak hangus, Nabi Yunus berada dalam perut ikan paus 40 hari tetap utuh tak mati, Nabi Isa lahir tanpa ayah, dan lainnya. Semua itu adalah bukti adanya titah Allah yang tidak masuk akal, tapi empiris. Begitupun peristiwa Isra' Mi'raj terjadi karena titah Allah.

Abu Bakar tidak dapat dipengaruhi provokasi berita hoax Abu Jahal sebab beliau memiliki hati yang salim (qalbun salim). Ialah hati yang menerima ajaran Islam yang tidak semuanya harus bisa masuk akal. Pengalaman bertemu dengan kepercayaan, membuat sosok Abu Bakar tak mudah dipengaruhi berita hoax.

Dengan demikian, agar kita tak mudah kemakan isu hoax maka utamakan pengalaman dan kepercayaan terhadap teman senasib seperjuangan.

M. Ishom el-Saha
Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Serang

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua