Nasional

Dosen Senior AS Ungkap Kekerasan Atas Nama Agama

Surabaya, 27/4 (Pinmas) - Dosen senior Marquette University, Milwaukee, AS, Irfan A Omar PhD dalam kuliah umum di IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Rabu, mengungkapkan banyaknya kekerasan atas nama agama. "The Defense Monitor melaporkan bahwa sampai Januari 2002 ada 38 konflik besar di dunia dan 24 diantaranya rentan untuk meledak. Dari jumlah itu ada 16 yang disebabkan agama yang diatasnamakan," ujarnya.

Di hadapan sejumlah dosen dan mahasiswa senior di IAIN Surabaya, doktor kelahiran India yang beristerikan orang Palembang, Sumsel itu, menjelaskan hal itu harus menjadi tanggungjawab intelektual agama. "Para pelajar dan intelektual agama harus menjadi aktivis untuk mengakhiri konflik atas nama agama itu, melalui kerja sama dan dialog dengan pemeluk agama lain," tuturnya. Didampingi Pembantu Rektor I IAIN Surabaya Dr Thoha Hamim, ia mengemukakan, kekerasan atas nama agama Islam itu, umumnya berasal dari gerakan separatis yang tidak ada hubungan dengan agama sama sekali.

"Dalam situasi seperti itu, kita harus menghilangkan visi konflik yang anti-Barat dan memandang masyarakat dengan visi dialog yang melihat kekritisan Barat terhadap agama sebagai bahan dialog," paparnya. Penerima beasiswa dari Yayasan Pertukaran Pelajar Indonesia-Amerika itu menyatakan, Islam sendiri sangat menginginkan dialog, karena arti kata "Islam" sendiri adalah anti kekerasan. "Kita harus banyak belajar dari mereka yang sudah berhasil membuat gerakan anti kekerasan melalui berbagai bentuk dialog dan kerja sama, diantaranya pemberantasan kelaparan dan perdagangan wanita," ujarnya.

Menurut dia, dialog dan kerja sama bukan berarti menolak perbedaan, tapi justru menumbuhkan sikap saling belajar di dalam tradisi masing-masing untuk menghindari perpecahan. "Kita bisa belajar kepada komunitas Pusat Islam Batavia di Illinois, AS, yang selama bertahun-tahun menggunakan lantai dasar gedung sekolah minggu milik Gereja Calvary Episcopal," ucapnya. Ia menambahkan, kerja sama komunitas Muslim dan Kristen itu dibangun dengan kaum muslim membayar sewa 40 dolar AS per-bulan dan sejak tahun 1980 menjadi 150 dolar AS per-bulan. "Penggagas kerja sama itu adalah Hamid Ahmed, bahkan pertemuan terakhir saya dengannya pada 2003 ada informasi baru bahwa dia juga sudah bekerja sama dengan komunitas Buddha untuk membangun vihara di pusat komunitas Islam Batavia itu," ungkapnya.(Ant/Ba)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua