Nasional

Memaknai Pesan Ornamen Kelenteng Boen Bio Surabaya

Js. Liem Tiong Yang

Js. Liem Tiong Yang

Kelenteng Boen Bio yang terletak di jalan Kapasan No 131 Surabaya adalah sebuah bangunan rumah ibadah yang cukup unik. Kelenteng ini pada awalnya bernama Boen Tjhiang Soe, berdiri pada 1883. Lokasinya saat itu berada di belakang rumah penduduk.

Bangunan ini lalu direnovasi pada 1903 dan selesai 1906. Bangunannya diperluas ke depan, hingga sampai pinggir Jalan Kapasan Surabaya. Kalau mengacu dari bukti plakat nama Boen Bio bertuliskan angka tahun 1894, maka klenten ini sudah ada sebelum dibangun kembali pada 1903.

Kelenteng ini penuh dengan ornamen dan simbol-simbol keagamaan, salah satunya Lonceng atau Genta dengan pemukul dari logam. Umat Khonghucu pasti tahu bahwa simbol Genta dengan pemukul dari kayu yang disebut Bok Tok adalah simbol agama Khonghucu yang ada di Indonesia. Nabi Khongcu /Kongzi sendiri mendapat gelar Tianzi Mu Duo (Bok Tok) atau Genta Rohani Tuhan.

Ada dua macam Genta yang berbeda kegunaannya. Yang pertama yaitu Bok Tok dan yang kedua adalah Kiem Tok. Pengertian Bok Tok adalah sebuah Genta atau lonceng yang terbuat dari logam dengan pemukul dari kayu.

Pada zaman dulu, bila Kaisar atau pejabat pemerintah akan menyampaikan maklumat kerajaan yang berkaitan dengan urusan sipil kemasyarakatan, maka untuk mengumpulkan rakyat, dibunyikanlah Genta Bok Tok. Setelah masyarakat sipil berkumpul, dibacakanlah maklumat tersebut.

Sedangkan Kiem Tok adalah sebuah Genta yang terbuat dari logam dengan pemukul dari logam juga. Biasanya Kiem Tok ini dibunyikan untuk yang berurusan dengan kemiliteran. Jadi tahulah kita bahwa perbedaan antara Bok Tok dan Kiem Tok dari alat pemukulnya.

Kegunaan kedua Genta itu tentunya sangat berbeda. Bok Tok untuk urusan sipil. Sehingga Nabi Khongcu mendapat gelar Bok Tok karena Nabi mempunyai tugas menyampaikan Firman Tuhan Yang Maha Esa berkaitan dengan masyarakat sipil.

Sedangkan Genta di Boen Bio bukan dikatagorikan Bok Tok, tetapi Kiem Tok. Karena Genta di Boen Bio terbuat dari logam dan pemukulnya dari logam pula.

Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa energi atau semangat umat yang beribadah di kelenteng Boen Bio mempunyai semangat militer. Tidak salah kalau Boen Bio disebut benteng terakhir umat Khonghucu dalam judul buku yang ditulis Shinta Devi.

Untuk melengkapi genta Kiem Tok, juga ada ornamen yang menggambarkan sebuah pedang. Ornamen ini bisa mempunyai arti dan makna ksatria. Tidaklah heran kalau Boen Bio banyak memunculkan tokoh tokoh Tionghoa yang beragama Khonghucu. Bahkan, perjuangan agama Khonghucu di Indonesia dimulai dari Boen Bio.

Js. Liem Tiong Yang (Rohaniwan Khonghucu)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua