Buddha

Buddha dan Upaya Cegah Stunting dengan Peningkatan Gizi & Makanan

Ilustrasi

Ilustrasi

Kesehatan merupakan hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia maupun makhluk hidup. Agama Buddha sebagai salah satu agama tertua, telah mengajarkan tentang kesehatan, baik batin maupun jasmani.

Makanan merupakan faktor yang paling memengaruhi kesehatan suatu makhluk. Sammadithi Sutta (Majjhima Nikaya, I) menjelaskan bahwa terdapat 4 (empat) jenis makanan yang menunjang kehidupan (cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang kelangsungan hidup. Empat jenis makanan yang dimaksud yaitu: (1) Kabalimka ahara (makanan fisik), (2) Phassa ahara (makanan kontak panca indera dan pikiran), (3) Manosancetana ahara (makanan mental makanan karena keinginan/kehendak), dan (4) Vinnana ahara (makanan kesadaran). Jenis-jenis makanan tersebut bukan hanya makanan untuk badan secara fisik, tetapi juga mencakup makanan untuk batin.

Kabalimka Ahara berarti makanan fisik. Maksudnya adalah makanan yang digunakan untuk menunjang keberlangsungan tubuh makhluk hidup. Sesuai dengan gatha perenungan makan yang berbunyi: “Patisankha yoniso aharaṁ patisevami, neva davaya na madaya na mandanaya na vidhusanaya, yavadeva imassa kayassa thitiya yapanaya vihiṁ suparatiya silanuggahaya. Iti purananca vedanaṁ patihankhami navanca vedanaṁ na uppadesami, yatra ca me bhavissati anavajjata ca phasuviharo cati”

Artinya, “merenungkan tujuan sebenarnya saya memakan makanan ini: bukan untuk kesenangan, bukan untuk memabukkan, bukan untuk menggemukkan badan, atau pun untuk memperindah diri; tetapi hanya untuk kelangsungan dan menopang tubuh ini, untuk menghentikan rasa tidak enak (karena lapar) dan untuk membantu kehidupan bersusila. Saya akan menghilangkan perasaan yang lama (lapar) dan tidak akan menimbulkan perasaan baru (akibat makan berlebih-lebihan)”. Berdasarkan penjelasan tersebut, makanan digunakan sebagai sumber energi demi menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bukan untuk hal lainnya.

Makanan sehat dan bergizi sangat berpengaruh bagi kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang menjelaskan bahwa slogan empat sehat lima sempurna yang diperkenalkan Prof Poorwo Soedarmo sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini sehingga diperbarui dengan Pedoman Gizi Seimbang. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip empat pilar, yaitu (1) anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan norma.

Hal ini relevan dengan ajaran Buddha, bahwa makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak kurang atau berlebihan. Aturan bagi para pabbajita atau umat awam yang ingin melaksanakan atthasila, tidak boleh makan setelah tengah hari, juga mempertimbangkan prinsip kesehatan untuk dapat menunjang keberhasilan pelatihan sila. Edukasi pemenuhan gizi sangat penting bagi masyarakat, sebagai salah satu tindakan preventif terjadinya stunting. Saat ini, Indonesia sangat gencar dalam melakukan kampanye berbagai program, sosialisasi, dan gerakan pencegahan stunting.

Pencegahan stunting merupakan upaya untuk mewujudkan kesehatan, sehingga masyarakat terhindar dari wabah penyakit. Dalam Ratana Sutta (Khuddaka Nikaya) dijelaskan bahwa pada masa kehidupan Buddha Gotama pernah terjadi wabah penyakit karena kelaparan di Vesali, India. Buddha kemudian datang dan membabarkan uraian dhamma, sehingga hujan turun membersihkan lingkungan yang sudah tercemar penyakit dan mayat yang menjadi korban. Berpedoman pada sutta tersebut, masyarakat harus menjaga kesehatan, untuk menghindari terjadinya wabah penyakit seperti yang dijelaskan dalam Ratana Sutta.

Agama Buddha tidak menjelaskan secara eksplisit mengenai makanan bergizi yang harus dikonsumsi oleh masyarakat. Umat Buddha dapat berpedoman pada ajaran general yang relevan dan tetap memperhatikan anjuran maupun regulasi dari pemerintah. Ajaran agama Buddha memiliki relevansi yang tinggi dengan upaya peningkatan gizi dan pencegahan stunting. Pentingnya mengembangkan kualitas batin yang positif, memahami kebenaran dan kebajikan, serta membangun komunitas yang sehat dan harmonis. Praktik-praktik ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk memastikan bahwa mereka mendapatkan gizi yang cukup untuk tumbuh dengan sehat dan cerdas.

Semoga semua pikiran baik datang dari berbagai arah dan terpancar dari segala penjuru. Semoga jagad raya seisinya hidup berbahagia. Semoga semua mahluk hidup berbahagia. Sadhu... Sadhu… Sadhu…

Budi Lestariono, S. Ag. (Penyuluh Agama Buddha Pegawai Negeri Sipil Kantor Kementerian Agama Kota Metro, Provinsi Lampung)


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua