Buddha

Empat Sarana Bermanfaat Bagi Makhluk Lain

Ilustrasi

Ilustrasi

Māvamaññetha puññassa,
Na mantaṃ āgamissati;
Udabindunipātena,
Udakumbhopi pūrati;
Pūrati dhīro pūrati puññassa,
Thokaṃ thokampi ācinaṃ.

Janganlah meremehkan Kebajikan walaupun kecil, dengan berkata:
“perbuatan bajik tidak akan membawa akibat”
“Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pula orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.”
(Dhammapada, IX:122)

Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia memiliki latar belakang suku, bahasa, budaya, dan agama yang berbeda. Setiap individu disebut sebagai makhluk sosial. Masyarakat Indonesia selayaknya dapat menciptakan kehidupan rukun, damai, dan harmonis. Seluruh masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang demikian.

Menjaga hubungan yang harmonis diibaratkan seperti menjaga nyala lilin agar tak cepat padam oleh apapun. Apabila tidak berhati-hati dalam bersikap, bertutur kata, maupun bertindak, hubungan yang telah terjalin secara baik dan lama pasti akan berakhir dengan mudah.

Menjaga kerukunan dan perdamaian bukanlah hal yang mudah. Perpecahan sangat mudah terjadi apabila disulut dengan hal-hal yang sensitif. Saat ini, isu politik sangat populer dan rentan memecah belah masyarakat karena mendekati masa pemilihan umum presiden. Apabila tidak waspada, masyarakat dapat tertipu oleh konten-konten saling menjelekkan dan menjatuhkan satu sama lain di media sosial yang sangat banyak dan mudah diakses.

Masyarakat harus menghadapi situasi ini dengan kebijaksanaan, agar hubungan harmonis akan terus terjalin dalam lingkungan masyarakat Indonesia. Buddha telah menjelaskan dalam Angutara Nikaya IV, untuk menyikapi perpecahan dan menjaga hubungan baik dalam skala yang paling kecil sampai yang paling besar. Terdapat empat sarana dan etika pergaulan yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun makhluk lain.

Pertama, kerelaan (dana). Memberi merupakan salah satu bentuk kerelaan yang dapat dilakukan kepada siapa saja. Pemberian dana, tidak selalu tentang uang atau materi. Seseorang dapat memberikan hal positif kepada orang lain, dan itu merupakan pemberian yang bukan materi, seperti: senyum, memberi maaf, bahkan menyapa orang lain. Manfaat bagi orang yang suka berdana, yaitu memperoleh materi yang cukup di masa mendatang, disayang, dihargai, dan dicintai oleh banyak orang.

Kedua, ucapan yang baik dan halus (piyavaca). Buddha mengumpamakan ucapan sebagai sebuah kapak, alat yang jitu dan berkekuatan, sebuah senjata yang dapat menyebabkan kerusakan besar. Apabila digunakan dengan baik, maka dapat meringankan pekerjaan, seperti membelah kayu. Sedangkan jika digunakan tanpa kebijaksanaan, maka akan melukai diri sendiri maupun orang atau makhluk lain.

Begitu pula dengan ucapan, perkataan yang baik dan halus akan memberi manfaat bagi orang lain. Diri sendiri juga akan mendapat manfaat, yaitu disenangi orang lain, karena perkataan kita tidak melukai orang lain. Apabila perkataan kita buruk, berbohong, memfitnah, mencela, dan membicarakan hal yang tidak bermanfaat, semua keburukan yang keluar dari mulut seseorang akan kembali ke diri sendiri. Ucapan tidak memiliki bentuk atau fisik, tetapi dapat sangat melukai diri sendiri maupun orang lain.

Ketiga, melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain (atthacariya). Perbuatan merupakan hal yang harus dikendalikan dari dalam diri sendiri. Apabila perbuatan yang dilakukan melanggar kemoralan, maka akan menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri. Selagi masih memiliki waktu, hendaknya manusia melakukkan hal yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang atau makhluk lain. Perbuatan yang akan dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang sudah dikuasai. Hubungan yang baik dan harmonis, dapat diciptakan dengan saling membantu dan mendukung satu sama lain.

Keempat, tidak sombong (samanatta). Sombong merupakan sikap di mana seseorang menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain dan menganggap orang lain lebih rendah atau kurang dari dirinya. Seseorang tidak sepatutnya memiliki sifat demikian, karena kesombongan dapat mengahancurkan segalanya dengan mudah. Hendaknya, seseorang memiliki sifat rendah hati dan menghormati orang lain.

Demikianlah empat sarana yang dapat memberi manfaat bagi mahkluk lain. Keempat sarana tersebut perlu kita perhatikan dan praktikkan bersama, sebagai pondasi untuk membangun kehidupan yang rukun dan harmonis. Bila hidup saling berbagi, menjaga ucapan dengan baik, melakukan hal-hal yang bermanfaat, tolong-menolong dan rendah hati maka keharmonisan dan kebahagiaan akan terwujud. Dengan begitu niatkanlah langkah kita pada langkah yang menuju pada tujuan yang benar karena bahagia adalah buah dari niat dan langkah yang benar.

Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Damang Sumedi, S. Pd. B. (Penyuluh Agama Buddha Pegawai Negeri Sipil Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat)


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua