Hindu

Pengendalian Diri untuk Wujudkan Harmoni

I Wayan Sudiana, S.Ag., M.Si (Rohaniwan Hindu)

I Wayan Sudiana, S.Ag., M.Si (Rohaniwan Hindu)

Om Swastyastu. Om Awignam Astu Nama Sidham. Tujuan agama Hindu adalah Moksarthan Jagat Hita Ya Ca Iti Dharma. Yaitu, tercapainya kebahagiaan secara lahir dan batin. Untuk mewujudkan hal itu, kita harus mampu mengendalikan diri agar tidak terpengaruh atau terperosot ke hal-hal negatif.

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk tidak melakukan yang tidak baik dan tidak patut dilakukan. Untuk dapat mengendalikan diri, seseorang hendaknya mengenal ajaran tentang Viveka atau Vivekajnana. Viveka adalah kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk, salah dan benar. Yang baik belum tentu benar, sebaiknya yang benar belum tentu baik, dan selanjutnya.

Dengan pengetahuan Viveka, seseorang akan dapat mengendalikan dirinya. Di antara berbagai makhluk hidup dengan tegas dinyatakan hanya manusia lah yang memiliki pengetahuan itu. Oleh karenanya, manusia disebut sebagai penjelmaan utama bila dibandingkan dengan makhluk lainya.

Manusah sarve bhutesu varttate, vai dubhasubhe asubhesu samavistam,subhesvevakarayet Ri sakwehning sarva bhuta, iking wwang juga wenangguma ikang sebha asubha karma, kunang panentasekena ring asubhakarma juga ikang subha karma, phala ning dadi wwang (Sarasamnuccaya 2)

Artinya: Di antara semua makhluk, yang hanya dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk. Leburlah ke dalam perbuatan baik itu menjelma sebagai manusia.

Di dalam kitab Sarasamuccaya dijelaskan pula bahwa menjelma sebagai manusia adalah kesempatan yang utama dan sangat sulit untuk diperoleh (parama durlabha). Hidup sebagai manusia dinyatakan sangat singkat (ksanikasvabhava), bagaikan kerdipan kilat.

Perlu direnungkan, sesungguhnya manusia hampir sangat jarang untuk merenungkan kembali, untuk apa tujuan penjelmaan kita ini, bagaimana kita seharusnya berbuat di dunia ini, benarkah kita nanti, apakah yang akan kita bahwa dan bagaimanakah nasib kita di alam sana dan lain-lain? Pertanyaan-pertanyaan ini akan muncul bagi mereka yang memiliki kepekaan untuk merenungkan kehidupan kembali.

Ajaran Hindu memberikan bimbingan dan tuntunan bagi seseorang agar berhasil meniti kehidupan di dunia ini, termasuk bagaimana dia berperilaku dalam menyikapi dan menasehati kehidupan yang dewasa ini sangat dirasakan kecendrungan pada material atau pleasure oriented. Ini sebagaimana dinyatakan dalam kitab-kitab Purana, bahwa pada era jaman Kali (Kaliyuga), orientasi manusia hanyalah pada materi dan kesenangan, yang tidak akan memberikan kebahagiaan yang sejati.

Bila kita hanya mengejar kepuasan materi atau kesenangan duniawi belaka (kepuasan kama), maka penderitaan lah yang akan kita jumpai. Memuaskan Kama semata diibaratkan menyiram api yang sedang berkobar tidak dengan air, melainkan dengan bensin. Akibatnya adalah api semakin membesar hingga terjadi kehancuran. Agama Hindu mengamatkan untuk mewujudkan kedamaian dalam kehidupan ini.

Untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam ajaran agama Hindu, kita mengenal Tri Kaya Parisudha. Pertama, Manacika Parisudha. Kita sebagai umat Hindu harus selalu mampu berpikir yang baik, jangan kita selalu negatif thinking kepada siapa saja.

Kedua, Wacika Parisudha. Kita harus selalu berkata-kata yang baik. Kontrol perkataan kita agar jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Sebab, perkataan itu dapat menyebabkan kebahagiaan dan juga bisa menyebabkan penderitaan seperti yang dijelaskan dalam kakawin Arjuna Wiwaha:

Waista Nimittanta menumu laksmi
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu dukha,
Wasita nimittanta manemu mitra.

Artinya: oleh perkataan engkau akan mendapat bahagia, oleh perkataan engkau akan menemui ajal, oleh perkataan engkau akan mendapatkan susah, oleh perkataan engkau akan mendapat sahabat

Sekarang zaman teknologi pengaruhnya sangat dahsyat. Semua informasi sangat cepat, terkadang sangat berbahaya kalau tidak diantisipasi dampak negatifnya. Tidak jarang info yang berkembang bisa memunculkan perpecahan atau masalah bagi kehidupan kita umat Hindu. Maka, kita harus hati-hati dalam berpikir, berbicara, baik lisan maupun tulisan, di medsos. Kita harus selalu hati-hati dalam bertindak atau berbuat. Jangan sampai menyakiti atau merugikan orang lain. Om Santih Santih Santih Om

I Wayan Sudiana, S.Ag., M.Si (Rohaniwan Hindu)


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua